Seorang penceramah tengah bercerita tentang siapa yang akan masuk Shorga. Dia menerangkan bahwa yang dapat masuk sorga adalah siapa yang membaca shahadat, yaitu orang Islam, karena membacanya adalah rukun Islam yang pertama dan seterusnya sampai ke 5, melakukan amal baik dan bertaqwa.
Dalam sesi tanya jawab yang diadakannya, seorang pemuda berdiri.
Dengan lantang dia bertanya, " Jika seseorang dalam hidupnya senantiasa melakukan amal baik sesuai yang diperintahkan Tuhan, tapi dia bukan Islam, apakah orang tersebut tidak akan masuk sorga?"
Si penceramah yang beragama Islam itu menanggapi pertanyaan pemuda tersebut dengan penuh khidmat. Pertanyaan yang menarik namun juga dalam dan sensitif. Bagaimanapun ini menyangkut tentang diluar agama yang ia anut, yaitu bukan Islam.
Dengan bijak ia menjawabnya tidak secara langsung. Ia membuat perumpamaan,
" jika anda masuk sekolah, sebelumnya anda harus mendaftar lebih dahulu, setelah diterima dan terdaftar di sekolah tersebut, lalu dilanjutkan dengan belajar, hingga rampung masa belajar, mengikuti ujian, lulus dan mendapatkan tanda kelulusan yaitu ijazah. Dengan tanda kelulusan tersebut anda dapat meneruskan jenjang pendidikan selanjutnya." kata Penceramah tersebut.
"Namun, " katanya lagi. " Seandainya anda masuk ke sekolah tersebut, tetapi anda tidak mendaftar, anda mengikuti pelajaran di sekolah tersebut dari awal sampai akhir dan mendapatkan ilmu yang sama dari sekolah tersebut. Bedanya, anda tidak mendaftar terlebih dahulu sejak pertama masuk sekolah, cuma ikut-ikutan saja. Apakah dengan cara ini anda akan dapat mengikuti ujian dan mendapat ijazah ?".
Shahadat, diibaratkan pendaftaran dimana seseorang dapat terdaftar secara resmi dan shah untuk menerima jatahnya masuk shorga sesuai dengan amalnya. Menurut sang penceramah,tanpa pendaftaran, meski orang melakukan amal yang sama, maka orang tersebut tidak akan tercatat sebagai penghuninya.
Membaca literatur tersebut, saya sebagai pembaca tidak dapat menahan diri karena tergelitik. Selain di tempat itu, saya juga banyak membaca literatur-literatur yang lain menyangkut dengan bahasan yang serupa.
Sayapun komen , akan tetapi sebelumnya saya katakan dulu, jika komentar saya juga menggelitik pembaca yang lain, tak terkecuali kepada anda, anda boleh berkomentar lagi dibawahnya, hingga tukar pendapat menjadi lebih seru.
Terkandung didalam All-Qur'an, Surat Al-Kahfi ayat 10-26, dimana meceritakan seekor anjing yang bernama Qitmir yang mengikuti 7 pemuda yang dikejar-kejar oleh rajanya yaitu raja Diqyanus, karena mereka memilih mepertahankan imannya memeluk Islam daripada mengikuti apa yang dianut rajanya tersebut.
Mereka dikejar akan dibunuh. Satu diantara pemuda tersebut bernama Ashabul Kahfi. Mereka masuk ke sebuah gua yang bernama gua Alkahfi untuk bersembunyi. Si anjing Qitmir tidak ikut masuk dalam gua, namun setia menjaganya dipintu gua. Hingga Allah menidurkannya selama 309 tahun.
Karena lamanya tidur, saat mereka bangun, keadaan negeri itupun telah berubah. Satu dari mereka pergi ke kota membeli makanan dari uang sisa bekal yang dibawanya. Mengetahui uang yang digunakan adalah uang yang berumur ratusan tahun sebelumnya, membuat orang dijaman itu curiga dan melaporkannya kepada raja.
Lalu raja menyuruh untuk menunjukan gua tempat persembunyiannya itu. Sampai ditempat itu, untuk menghindari banyak pertanyaan yang sulit dijelaskan, mereka lebih memilih mati. Dan kematian yang diinginkan itupun dikabulkan Tuhan dan merekapun mati bersama runtuhnya gua tersebut.
Mereka semua masuk dalam jajaran ahli surga. Atas kehendak Yang Kuasa, Qitmir yang hanya seekor anjing termasuk dalam daftar itu.
Apakah Qitmir membaca Shahadat, apakah agama Qitmir?, karena dia hanya seekor binatang yang tidak dapat bicara. Jangankan bicara, bahkan akal saja dia tidak punya. Akan tetapi, perbuatan baik Qitmir jelas, dia hanyalah seekor anjing yang setia menjaga Ashabul kafi dan kawan-kawannya dalam persembunyian untuk menghindari pengejaran raja Diqyanus yang kejam.
Qitmir menjadi seekor anjing yang masuk surga.
Ada yang berkomentar, itu sudah kepastian Allah. Jika pendapatnya benar, maka berarti, masuk surga bukan melihat apa agamanya, akan tetapi, adalah Kepastian Allah. Agama bukan satu-satu hal yang membuat orang masuk shorganya.
Secara intern masing-masing, setiap agama mengklaim, bahwa agama yang dianutlah yang akan memasukan umatnya masuk shorga. Secara umum, hal itu tidak bisa dilakukan.
Kata AGAMA sendiri berasal dari kata A = Tidak dan GAMA = rusak, jadi , agama berarti, "sesuatu yang tidak membuat kerusakan". Mengacu dari ma'na tersebut, bolehlah dimaknai bahwa semua agama adalah baik dari isi maupun tujuannya.
Dalam Islam sendiri ada ajaran yang menjelaskan, tidak ada paksaan dalam beragama. Di Indonesia ada bebrapa agama yang diijinkan dan sesama pemeluk saling memupuk toleransi, mereka beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing dengan damai. Hal itu juga menjadi salah satu yang membuat negeri ini dikagumi dunia dengan Bineka Tunggal Ika-nya.
Dengan beragama manusia menjadi baik akhlaknya dan semoga Tuhan memasukan kita dalam shorganya dengan segenap kehendaknya.
Peristiwa Qitmir hendaklah menjadi pelajaran dan renungan. Seekor anjing yang dalam agama Islam najis, Allah memasukannya dalam sorga. Jika agama hanya dapat dilakukan bagi makhluk yang berakal, Qitmir tidaklah termasuk didalamnya.
Bukan sebanyak apa ibadah yang dilakukan yang memasukan kita ke shorga, tetapi hanya rahmat dan keridloan Allahlah.