Air yang berhambur setelah terjun dari ketinggian ratusan kilometer menciptakan efek embun bagai butiran salju , bersama angin menyabet dedaunan di sekitar hingga tak berhenti bergoyang, burung cenginging melintas t ak bersuara tenggelam oleh derunya suara air yang terjun.
Seorang gadis berdiri terpaku. Wajahnya mendongak memandang ke atas, ke hulu air yang jatuh. Rambutnya yang kian basah tak dihiraukan, mulut komat kamit entah apa yang diucap.
Diatas sana , diatas air yang tejun itu tengah berdiri seorang pemuda, katakan bernama Yado [bukan nama asli]. "Haiii....!" Teriaknya kuat -kuat memanggil seseorang yang dibawahnya.
Gadis yang tengah menunggu itu, katakan saja bernama,Tini. Tini mengacungkan jempol ke arah Yado.
Gadis yang tengah menunggu itu, katakan saja bernama,Tini. Tini mengacungkan jempol ke arah Yado.
" Siiiiiiiip !" teriaknya.
Dan tak lama kemudian, ciaaaaaaat !
Yado terjun. Badannya meliuk jatuh seperti burung elang menangkap mangsa. Sayangnya, hal itu terjadi di tahun 2000, belum jaman henpon yang ada kameranya.
walau sudah ada, setidaknya belum memasyarakat, masih sangat mahal dan tak memungkinkan untuk dimiliki oleh seorang Tini, jadinya pemandangan yang indah itu hanya bisa dinikmati oleh Tini seorang dan hanya bisa didokumentasi di dalam otak.
Tubuh Yadopun jatuh menghantam permukaan air telaga dibawahnya. Riak air yang muncul membuyarkan semua yang ada disekelilingnya. Tubuh Yado menghilang ke dasar telaga
" Yadoooo!" teriak Tini memanggil kewatir.
Tak lama setelah airpun tenang kembali, munculah Yado ke permukaan. Ia melambaikan tangan. Tak tahu apa yang dimaksud dengan lambaian tangannya itu. Dan hanya sebentar kemudian ia tenggelam kembali, lalu sebentar kemudian muncul lagi, tenggelam lagi dan seterusnya.
Satu menit, dua menit, kemudian sepuluh menit, tubuh Yado belum juga muncul. " Lhoo !". Kecemasan timbul dipikiran Tini, ia melihat semua sudut disekitar sepi dan kegelisahan mulai muncul hingga mengacaukan tingkah lakunya. Berlari kesana kemari mengharap ada orang disekitar guna meminta pertolongan.
Beruntung ada seseorang yang kebetulan lewat tak jauh dari lokasi. Tinipun mengutarakan apa yang sedang terjadi. Yang dimintai tolong segera bergegas mengeceknya, tak banyak yang bisa dilakukannya, kondisi air yang dalam dan medan yang sedemikian rupa tidak bisa ia melakukannya sendirian, ia hanya bisa membantu memberi tahu kepada keluarga dan melaporkannya ke polisi.
Yado dinyatakan hilang. Begitu akhirnya polisi memutuskan status kejadian yang dilaporkannya . Tak ada lain yang harus dilakukan kecuali pencarian.
Pencarianpun segera dilakukan dihari itu juga. . Tim SAR , Satuan Penyelamat dan Para ahli-terkait dibidangnya telah siap melakukan tugasnya..
Penyelam demi penyelam bergantian diterjunkan ke telaga diposisi dimana tubuh Yado jatuh, namun sampai menjelang petang tubuh Yado belum juga ditemukan, karena tak mungkin dilakukan di malam hari , pencarian akhirnya di hentikan.
Tak tega meninggalkan lokasi begitu saja, meski tak ada aktifitas pecarian dalam bentuk penyelaman, dari pihak keluarga dan masyarakat memutuskan untuk melakukan penjagaan lokasi hingga siang berikutnya.
Semalam suntuk disekitar telaga penuh lampu- lampu dan orang –orang begadang mengamati permukaan air telaga. Tak ada tanda apa apa, hingga siang pun datang dan dimulai lagi pencarian selanjutnya.
Hari kedua pencarian dilakukan dengan persiapan yang lebih matang. Penyelampun kembali diterjunkan. Hingga sekitar pukul 14.00 menjelang sore, satu anggota penyelam nampak muncul ke permukaan air dan memberi isyarat kepada anggota yang sehubungan dengan ditemukannya sesuatu yang mencurigakan tepat diposisi dia melakukan penyalaman. Dan fokus kemudian diarahkan dititik tersebut.
Ada kesibukan mendadak pada anggota regu penyelamat di tempat itu, sebelum akhirnya sesosok tubuh kaku pucat dan pakaian yang sudah compang camping diangkat oleh anggota penyelamat ke permukaan.
Sosok itu adalah tidak lain tubuh Yado yang tidak lagi bernyawa. Yado mati oleh permainannya sendiri, imbas dari terjun bebas di air terjun Gomblang.
Sejak peristiwa itu, Air Terjun Gomblang indah itu seakan mati suri oleh sepinya pengunjung hingga bertahun-tahun lamanya. Keindahannya berubah menjadi wahana angker dan mencekam, sebelum akhirnya semuanya pulih kembali sejak tahun 2014 bersama bangkitnya gerakan pemuda setempat yaitu pemuda Baseh, Kalisalak dan Windujaya bekerja sama dengan LMDH ( Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dan Perhutani.
Air Terjun Gomblang kini
Dan tak lama kemudian, ciaaaaaaat !
Yado terjun. Badannya meliuk jatuh seperti burung elang menangkap mangsa. Sayangnya, hal itu terjadi di tahun 2000, belum jaman henpon yang ada kameranya.
walau sudah ada, setidaknya belum memasyarakat, masih sangat mahal dan tak memungkinkan untuk dimiliki oleh seorang Tini, jadinya pemandangan yang indah itu hanya bisa dinikmati oleh Tini seorang dan hanya bisa didokumentasi di dalam otak.
Tubuh Yadopun jatuh menghantam permukaan air telaga dibawahnya. Riak air yang muncul membuyarkan semua yang ada disekelilingnya. Tubuh Yado menghilang ke dasar telaga
" Yadoooo!" teriak Tini memanggil kewatir.
Tak lama setelah airpun tenang kembali, munculah Yado ke permukaan. Ia melambaikan tangan. Tak tahu apa yang dimaksud dengan lambaian tangannya itu. Dan hanya sebentar kemudian ia tenggelam kembali, lalu sebentar kemudian muncul lagi, tenggelam lagi dan seterusnya.
Satu menit, dua menit, kemudian sepuluh menit, tubuh Yado belum juga muncul. " Lhoo !". Kecemasan timbul dipikiran Tini, ia melihat semua sudut disekitar sepi dan kegelisahan mulai muncul hingga mengacaukan tingkah lakunya. Berlari kesana kemari mengharap ada orang disekitar guna meminta pertolongan.
Beruntung ada seseorang yang kebetulan lewat tak jauh dari lokasi. Tinipun mengutarakan apa yang sedang terjadi. Yang dimintai tolong segera bergegas mengeceknya, tak banyak yang bisa dilakukannya, kondisi air yang dalam dan medan yang sedemikian rupa tidak bisa ia melakukannya sendirian, ia hanya bisa membantu memberi tahu kepada keluarga dan melaporkannya ke polisi.
Yado dinyatakan hilang. Begitu akhirnya polisi memutuskan status kejadian yang dilaporkannya . Tak ada lain yang harus dilakukan kecuali pencarian.
Pencarianpun segera dilakukan dihari itu juga. . Tim SAR , Satuan Penyelamat dan Para ahli-terkait dibidangnya telah siap melakukan tugasnya..
Penyelam demi penyelam bergantian diterjunkan ke telaga diposisi dimana tubuh Yado jatuh, namun sampai menjelang petang tubuh Yado belum juga ditemukan, karena tak mungkin dilakukan di malam hari , pencarian akhirnya di hentikan.
Tak tega meninggalkan lokasi begitu saja, meski tak ada aktifitas pecarian dalam bentuk penyelaman, dari pihak keluarga dan masyarakat memutuskan untuk melakukan penjagaan lokasi hingga siang berikutnya.
Semalam suntuk disekitar telaga penuh lampu- lampu dan orang –orang begadang mengamati permukaan air telaga. Tak ada tanda apa apa, hingga siang pun datang dan dimulai lagi pencarian selanjutnya.
Hari kedua pencarian dilakukan dengan persiapan yang lebih matang. Penyelampun kembali diterjunkan. Hingga sekitar pukul 14.00 menjelang sore, satu anggota penyelam nampak muncul ke permukaan air dan memberi isyarat kepada anggota yang sehubungan dengan ditemukannya sesuatu yang mencurigakan tepat diposisi dia melakukan penyalaman. Dan fokus kemudian diarahkan dititik tersebut.
Ada kesibukan mendadak pada anggota regu penyelamat di tempat itu, sebelum akhirnya sesosok tubuh kaku pucat dan pakaian yang sudah compang camping diangkat oleh anggota penyelamat ke permukaan.
Sosok itu adalah tidak lain tubuh Yado yang tidak lagi bernyawa. Yado mati oleh permainannya sendiri, imbas dari terjun bebas di air terjun Gomblang.
Sejak peristiwa itu, Air Terjun Gomblang indah itu seakan mati suri oleh sepinya pengunjung hingga bertahun-tahun lamanya. Keindahannya berubah menjadi wahana angker dan mencekam, sebelum akhirnya semuanya pulih kembali sejak tahun 2014 bersama bangkitnya gerakan pemuda setempat yaitu pemuda Baseh, Kalisalak dan Windujaya bekerja sama dengan LMDH ( Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dan Perhutani.
Air Terjun Gomblang kini