Rabu, 09 Oktober 2019

TIMUN EMAS DAN BUTA IJO (PART 1)


Apa kabar gaess! Nyaris satu minggu kita tak jumpa, kali ini saya mau mendongeng, dongeng yang  menghiasi emaginasiku puluhan tahun berlalu hingga sekarang masih terngiang, terutama disaat-saat sepi seperti ini.

Mengenang masa kecil, menjelang tidur, ibuku selalu mendongeng, tujuannya adalah untuk mengantarkan aku agar lekas tidur. Alih- alih lekas tidur, dongeng ibu malah membuatku tidak bisa tidur, aku hanyut dalam alur cerita.

Bagaimana tidak, dongeng itu tentang gadis cantik Timun Emas yang harus bergelut dengan perjuangan hidup atau mati membebaskan diri dari kejaran Buta Ijo (Raksasa dengan tubuh berwarna hijau) yang mau menyantapnya.

Begini awal cerita itu terjadi. Pada suatu hari hidup seorang janda di tengah sebuah hutan jauh dari keramaian maupun tetangga layaknya orang hidup ditengah-tengah masarakat pada umumnya. Dia hidup secara solitair. Mungkin frustrasi dari perkawinannya yang gagal hingga memilih untuk hidup menyendiri di sebuah tempat tanpa ada seorangpun mengetahuinya.

Sebagai manusia yang merupakan genus makhluk sosial, bagaiman dia dapat hidup tanpa seorangpun di sekeliling kehidupannya. Dia tidak mempunyai tetangga manusia.

Ini adalah kisahnya. Walaupun tak ada segelintirpun manusia kecuali dirinya seorang, naluri jiwa sosial tidak lepas begitu saja pada dirinya. Sebagai gantinya, ia membangun hubungan sosial dengan makhluk apa saja yang ada disekelilingnya.

Namanya ditengah hutan, masarakat yang ada disana juga para penghuni hutan, seperti binatang, hantu, siluman dan makhluk- makhluk lain selain manusia, tentunya.

Janda muda yang masih tergolong cantik itu memiliki keinginan besar mempunyai seorang anak, sungguh sesuatu yang tidak mungkin, sedang bertemu laki-laki saja tidak pernah. Akan tetapi, Nini Srindil ( nama janda tersebut) tidak menyerah berdoa kepada Yang Kuasa agar tetap dikaruniai seorang anak. Keyakinannya kepada yang Maha Pencipta begitu besar, baginya tidak ada yang sulit jika sesuatu telah mendapatkan ridloNya, hanya Dialah sebaik-baik tempat meminta.

Rupanya Tuhan mengabulkan doa umat tersebut, apapun bentuk terkabulnya sebuah do'a, semua tidak lepas dari taqdir dan kehendakNya juga.

Seorang raksasa Buta Ijo tiba-tiba datang menemui Nini Srindil . Kedatangannya bermaksud menawarkan bantuan kepada Nini Srindil dalam mewujudkan keinginannya yaitu memiliki momongan atau anak, tapi dengan satu sarat. Sarat tersebut adalah kalau anak yang akan lahir nanti laki-laki, dia akan menjadi anak yang bisa membantu dan menjaga ibunya dan tidak ada hal apapun yang harus dibayar sehubungan dengan jasa si Buta Ijo tersebut. Dia melakukannya semata-mata  ikhlas membantu.

Akan tetapai, jika anak yang akan lahir nanti perempuan, Buta Ijo akan mengambilnya. Tidak diterangkan untuk apa anak perempuan saat sudah diambilnya nanti, mungkin untuk dijadikan piaraan atau bahkan untuk santapan, mengingat Buta Ijo adalah raksasa yang juga dikenal suka makan orang.

"Bagaimana, diel?" kata Buta Ijo menegaskan tawarannya.

Nini Srindil semula bingung untuk memutuskan untuk menerima atau tidak dengan perjanjian yang  tidak pasti dan spekulatif tersebut. Tidak bisa dibayangkan jika perjanjian itu tidak sesuai apa yang diharapkannya, namun akhirnya ia memutuskan untuk menerimanya, apapun resikonya.

Dengan menerimanya perjanjian yang ditawarkan oleh Buta Ijo berarti perjanjian telah disepakati. Buta Ijo kemudian memberikan sebutir timun yang masih muda dan  menyuruh Nini Srindil  memakannya.

Entah karena apa, setelah Nini Srindil memakan timun tersebut, Nini Srindilpun hamil. Ia sangat bahagia terjadinya hal tersebut.  Sembilan bulan ia membawa jabang bayi didalam kandungan dengan penuh rasa sayang dan penuh suka cita.

Setelah genap sembilan bulan usia kehamilan, maka lahirlah jabang bayi, celakanya, bayi yang baru lahir itu berkelamin perempuan, sesuai perjanjian dengan Buta Ijo, jika bayi lahir perempuan, maka Buta Ijo akan datang untuk mengambilnya.

Nini Srindil tiba-tiba menjadi sedih mengingat hal itu, apalagi jika melihat anak yang baru lahir sangat cantik dan lucu. Ia baru saja memberi nama, Timun Emas, sesuai dengan pemberian Buta Ijo yang ternyata menjadi penyebab kehamilan setelah makan pemberiannya yaitu buah timun.

Hanya selang beberapa hari, apa yang didugapun terjadi. Buta Ijo datang, Buta Ijo begitu girang setelah mengetahui anak yang lahir itu perempuan. Diapun tidak sabar ingin membawanya.

Nini Srindil memang sadar sudah kalah perjanjian, tapi berat sekali rasanya untuk memberikan Timun Emas kepada Buta Ijo. Apapun caranya ia berusaha untuk mempertahankannya.

"Apa Timun Emas mau dibawa sekarang, pak Buta?" tanya Nini Srindil.

"Tentu, dong, mang kenapa?" tanya Buta Ijo.

"Kalau boleh saya sarankan, sebaiknya biarlah Timun Emas saya piara dulu, setelah dia besar dan menjadi remaja pasti dagingnya akan lebih enak dan jumlahnya  lebih banyak dari pada masih orok seperti ini, disamping dagingnya masih lunak, porsinya juga belum mencukupi untuk seorang raksasa" kata Nini Srindil.

"Oh, gitu, ya" jawab Buta Ijo. "Oke, kalau begitu, piara saja dulu, nanti aku kesini setelah dia besar dan sudah menjadi remaja". Katanya menurut saja pada saran Nini Srindil.

Nini Srindil merasa lega, siasatnya untuk mengelabuhi raksasa itu berhasil, seperginya Buta Ijo yang tidak jadi mengambil Timun Emas, melainkan menundanya di syukuri dengan sujud syukur. Meskipun hidup sebagai orang hutan, Nini Srindil tidak melupakan Tuhannya, dia selalu rajin mengerjakan sholat. Dia juga berkeyakinan apa saja yang terjadi pada dirinya juga semua semata-mata atas kehendaknya.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu Timun Emas hidup bersama Nini Janda menjadi anak kesayangan. Timun Emas tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan berbakti kepada orang tuanya. Sampai suatu hari, usianya terhitung tepat 17  tahun, sweet seventeen, yaitu masa remaja yang sedang manis-manisnya. Hal itu sekaligus juga menunjukan detik-detik Buta Ijo akan datang untuk yang kedua kali sesuai dengan janjinya untuk mengambil Timun Emas.

Melihat kenyataan itu, Nini Srindil jatuh lagi dalam kesedihan. Semakin berat berpisah dengan Timun Emas. Ia tidak dapat membayangkan disuatu waktu Buta Ijo membawanya begitu saja. Lagi-lagi dia hanya berserah diri kepada Tuhan. Ia memohon agar Timun Emas tetap berada disisinya, ia tidak mampu berpisah dengan anak satu-satunya yang sangat disayang itu.

Air mata do'a seorang ibu untuk anaknya tak pernah berhenti berkumandang, dia terus mengetuk langit.

Dan hari yang ditakutinya akhirnya datang juga. Buta Ijo datang tepat pada waktu yang dijanjikan. Melihat Timun Emas yang sudah besar, berkulit bersih dan berwajah cantik, Buta Ijo sangat girang.

Melihat Buta Ijo datang ke rumah dan perhatian yang semua tertuju kepada dirinya, Timun Emas jadi salah tingkah.

Nini Srindil mengerti dengan keadaan anaknya. Namun demikian, apa boleh dikata, ia belum sempat memberi tahu kepada Timun Emas apa yang terjadi sebenarnya.

Mumpung Buta Ijo sedang duduk di ruang depan menunggu Timun Emas berkemas-kemas, merupakan kesempatan Nini Janda untuk menjelaskan kepada Timun Emas tentang apa yang terjadi.

Setelah dijelaskan dengan detil tentang semuanya, Timun Emas menangis dan langsung memeluk Nini Srindil, ibunya.

"Nggak mau, aku tidak mau ikut Buta Ijo, bu" katanya, seraya berusaha mendongkel pintu belakang rumah.

" Mau kemana, nak?" tanya ibunya.
" Aku mau pergi" jawab Timun Emas

Nini Srindil tidak melarang. Ia berpikir itu lebih baik daripada bersama Buta Ijo. Selang beberapa langkah Timun berjalan, " Nak!" panggilnya.

Ibunya menghampiri Timun Emas. Dari tangannya diberikan sebuah bungkusan yang didalamnya berisi 3 buah bendel  jimat sebagai senjata buat keselamatan . Sebagai seorang ibu, sudah sepantasnya Nini Srindil melakukkan apa saja demi keselamatan anaknya.

"Hati-hati, nak, do'aku nenyertaimu, lemparkan satu persatu benda itu saat kau dalam bahaya" katanya sambil perlahan-lahan melepaskan pelukan dan kepergian Timun Emas.

Mendengar samar-samar percakapan dan kegaduhan kecil dibelakang rumah, Buta Ijo jadi curiga. Iapun mengintip ke belakang  menuju sumber kegaduhan. Apa yang ia dapati tidak lain Timun Emas yang sedang siap-siap melarikan diri untuk menghindari dirinya.


( Bersambung ke Part 2)

0 komentar:

Posting Komentar