Rabu, 07 November 2018

Kupu-kupu Rel Kereta Royal


Masih ada nggak, Kupu-kupu Rel Kereta Royal? Menurutku ini bukan daerah biasa, tapi juga bukan luarbiasa. Tak jelas, lah, remang-remang.

Siapa yang tidak tahu sebuah kota tua di Jakarta. Namanya "Kota". Meski banyak kota, khususnya di Daerah Ibu Kota Jakarta. Tapi jika di tanya dimana kota, pasti yang dimaksud adalah daerah itu. Karena memang itulah pertama kota di Jakarta itu ada. Sebelum akhirnya, kini semua sudut Jakarta  hampir semua sudah menjadi kota. Tapi apakah mereka semua juga tahu kalau dari sudut kota itu ada daerah yang namanya "Royal" ?

Dari segi bahasa Royal itu, kan  bahasa Inggris yang artinya istana, ya, tapi tempat itu jauh dari keadaan menggambarkan istana bahkan mungkin sebaliknya atau mungkin ada tapi sedikit. Karena saya belum pernah ke istana, jadi saya menggambarkannya seperti istana dalam dongeng.

Dalam dongeng, dalam istana itu ada banyak putri- putri cantik , sebagai pelayan raja, permaisuri, pangeran dan lain sebagainya. Dan di Royal itu juga tak kalah banyak putri-putri cantik, bahkan disitu tempat para putri-putri cantik duduk nyantai sambil minum -minum , ngobrol, bersendagurau dan semua yang bikin orang senang dan tidak pusing, lah. Terutama bagi para tamu atau pengunjung yang hatinya sedang galau merasa sepi ingin mengusir kesepian itu.

Waktu itu memang aku sedang galau dan sepi. Baru tiga hari diterima bekerja sebagai karyawan sebuah hotel kecil, namanya Grand Inn, jalan Tiang Bendera, ternyata  posisiku tidak jauh dari lokasi itu. Itupun berkat bantuan teman sama-sama satu kampung namanya Likun. Dia mengantarkIan ketempat dan pergi meninggalkanku seorang karena dia juga harus bekerja ditempat lain.

Setelah melalui tes itu dan ini, akhirnya diterima dan pekerjaanpun dimulai.
Sebagai karyawan baru, tiga hari lamanya belum cukup untuk mendapatkan teman yang benar- benar cocok  atau bahasa asingnya
satu camystry, sehingga aku tak punya kekuatan untuk mengajak salah seseorang atau beberapa dari mereka untuk mengajak main sekedar jalan-jalan atau keluar saat jam tugasnya selesai karena sudah waktunya pergantian sip. Karena jenuh berada di
mass, akhirnya aku nekat keluar juga.

Tak jauh dari tempat itu aku melangkahkan kaki tak tahu kemana tujuan yang pasti. Yang penting dapat mengusir kejenuhan, melihat, mencari apa yang bisa menghilangkan rasa itu.

Sekitar sejauh lima puluh meter berkeliling, aku melihat remang-remang sinar  lampu- lampu yang tidak terang berserakan disebuah lokasi.
" Tempat apa itu ?" tanyaku dalam batin.
Semakin dekat lagi, siluet bayangan orang-orang juga mulai kelihatan.
" Pesta kebunkah, atau judi kelutuk seperti dikampung saat ada pagelaran wayang kulit?"
Semakin dekat lagi,
" Banyak cewek-cewek, malam-malam begini, ngapain ?"

Tak ada pintu gerbang, tak ada booth tempat penjualan ticket dan  masuk lewat mana saja. Bahkan itu adalah jalur kereta api yang sesekali ada kereta lewat. Meski seolah masinis sudah tahu manakala lewat lokasi itu kereta melaju sangat pelan dengan tidak lupa klakson dan lampu. Tapi tetap saja kereta laju dan melindas apa saja yang ada di relnya.

Ada panggung terbuka yang menyanyikan kebanyakan lagu-lagu dangdut. Ada pedagang minuman, bangku sebagai tempat duduk, meja untuk menaruh minuman, makanan dan lampu remang-remang.

Ada satu cewek yang kebetulan lagi duduk sendiri dibangku tanpa sedang terlibat obrolan dengan seseorang yang ada disana.
Aku           : " Boleh numpang
                      duduk?"
Cewek itu : " Oh,ya, silakan,
                      mas ?"
Aku langsung saja duduk disebelah cewek itu. Dan seorang ibu penjual minuman menawarkan minum dan aku langsung  memesan dua teh botol yang satu buat sendiri dan yang satu buat cewek itu. Sekedar jamuan, dari cewek itu mungkin bisa kudapatkan sesuatu.
Aku           : " Tempat apa ini,
                      mba ?"
     
Disitu pertanyaan terrlalu jujur sepertinya sulit dijawab.
Cewek itu : "Tempat apa, yah..?"
(Yang ditanya malah bertanya)
                   " Yah tempat gituan,
                      lah "
Ya sudah, tak kupersoalkan kenapa harus tahu tempat apa  itu, topik pembicaraan ku ganti.
Aku  : " Lalu, mba sedang apa
             sih, disini ?"
Cewek itu memandangku, seperti meyakinkan bahwa dia memang baru melihat aku malam itu. Pecaya kepada pertanyaan lugu dan jujur seadanya itu, cewek itupun akhirnya menjawab.
Cewek itu : " Cari pacar, mas "
Jawaban terus terang tapi menurutku terlalu telak dan kurang basa basi. Aku jadi teringat pada guru bahasaku dulu pernah menerangkan, jika dimalam hari cewek bla bla bla itu namanya kupu- kupu malam. Inikah kupu-kupu malam itu ?

Semakin malam keadaan semakin bertambah ramai, cewek-cewek yang tadinya hanya beberapa orang senantiasa bertambah jumlahnya, seiring petambahan itu, bertambah juga pengunjung yang rata-rata berjenis kelamin laki-laki. Mereka datang melihat-lihat, saling bekenalan, berbincang-bincang dan tak lama kemudian jalan bergandengan menuju sebuah lorong, masuk dan menghilang.
Cewek itu : " Turun, yuh?"
Aku           : " Turun ke mana ?"
Cewek itu : ( mengarahkan pandangannya ke arah cowok-cowok yang berjalan menggandeng cewek yang baru digaetnya dengan sekejap tanpa ada kesulitan)
                  : " Tuh, mereka udah
                      pada mau turun ?"
Belum sempat aku bilang, ya, tiba-tiba datanglah seorang cowok menghampirinya.
Cowok itu : " Hai honey !"
Cewek itu : " Hai...!"
Mereka berjabat bagai selebeitis saling memeluk, mencium, dan.
" Aku turun dulu, ya " pamitnya kepadaku dan meninggalkan aku begitu saja seorang diri.

Berdua mereka pergi, sedikitpun tiada tergambar rasa bersalah diwajahnya, dengan mesranya bergandengan tangan masuk ke lorong dan merekapun menghilang seperti pasangan-pasangan lain sebelumnya.

Selanjutnya aku masih bisa melihat banyak cewek-cewek yang lainnya masih pada nongkrong, cowok-cowok yang masih mondar mandir, mungkin mereka belum ada bidikan yang sreg, yang cocok, tapi ada juga satu cewek yang dikerumuni beberapa cowok, ada yang asyik mengobrol , ada yang memilih mondar mandir pindah-pindah tempat duduk.
Kalau ada yang menyebut mereka dengan sebutan kupu-kupu malam sungguh kurasa sebuah julukan yang bijak. Lihatlah mereka beterbangan kesana kemari, sesekali hinggap, beraneka warna dibias sorot lampu temaram.

Adakah cinta yang lebih suci daripada ditempat ini.

0 komentar:

Posting Komentar