Burung yang berkicau indah kini tidak hanya menghiasi hutan dan kebun. Orang banyak yang ingin menikmatinya dirumah, sambil ngopi disaat istirahat dari kerja, mendengar burung kesayangan berkicau adalah membawa nikmat tersendiri seakan rasa capaipun jadi hilang.
Burung yang banyak digemari membuat penangkapan burung liar menjadi marak, populasi dihabitatnya di alam liar menjadi semakin mengewatirkan, mengingat jika burung yang dipiara orang selalu dibeli dari tangkapan.
Bersyukur, para pecinta burung semakin sadar dengan hal tersebut dengan berusaha untuk dapat menangkarnya. Segala cara dan uji coba dilakukan, banyak pula yang berhasil.
Hanya sebatas berhasil belumlah cukup, karena dalam soal burung, kualitas sangat diperlukan dari sekedar kuantitas. Walaupun pada dasarnya yang dicari adalah kualitas suara, kualitas fisik dan kesehatan turut juga menentukan.
Untuk menghasilkan keturunan yang baik, penangkar memerlukan bibit yang baik pula. Bibit disini berarti sebagai burung yang akan menurunkan keturunan yaitu anak burung. Anak burung nantinya akan meneruskan generasi sebagai piaraan orang. Penghobi burung tidak mutlak mendapatkan burung piaraan dari alam habitatnya, akan tetapi dibantu dengan hasil penangkaran. Efeknya, untuk mendapatkan burung piaraan, penggemar burung tidak mutlak membeli dari hasil penangkapan Liar, namun dapat diperoleh dari hasil penangkaran.
Burung hasil penangkaran adalah burung yang berkembang biak dari hasil budi daya manusia, hasilnya, ada yang berhasil mendapatkan gaco yang bagus, namun tidak jarang juga yang belum pernah kunjung menghasilkan hasil yang memuaskan. Sebagai usaha atau budi daya, pengetahuan penangkar ikut pula menentukan dalam usaha ini.
Saling berbagi ilmu dan pengetahuan selalu dilakukan, dengan browsing diinternet banyak juga penyedia konten yang membahas hal ini. Termasuk dalam artikel ini juga akan dibagikan suatu trik tambahan untuk mendapatkan kualitas anakan burung hasil penangkaran yang lebih jos lagi.
Jika selama ini kita tertuju kepada pejantan untuk membuat pasangan bibit yang baik, dengan asumsi bahwa anak akan menuruni sifat bapaknya. Berlomba-lomba mencari pejantan burung yang berkualitas sangat gencar dilakukan. Alhasil perhatian kepada bibit betina dikesampingkan begitu saja.
Tak dapat dipungkiri, penurunan gen atau trah dari sifat bapak cenderung menurun kepada anaknya memang sangat masuk akal. Kualitas pejantan yang baik cenderung menurunkan trah yang baik dan kualitas pejantan yang buruk, keturunan yang dihasilkan juga cenderung akan buruk.
Tetapi, bagaimana jika pejantan yang baik sudah diterapkan, namun hasil yang diinginkan tidak didapatkan? Kenyataan tersebut bukan tidak pernah didapati, tapi penangkar hanya tidak habis pikir kenapa hal itu terjadi.
Sebuah reseach membuktikan, ternyata kualitas betina ikut juga menentukan dalam hal ini. Tidak sekedar mampu bertelur dan reproduksi sampai mendapatkan anak, akan tetapi sifat-sifat baik fisik maupun bakat kemampuan mendorong pembangunan kualitas yang tidak kalah penting dalam sudut trah itu sendiri.
Dengan betina yang baik, mendorong proses penurunan trah yang akan menghasilkan lebih dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bapak atau pejantannya melebihi keunggulan yang dimiliki. Mudahnya, anak yang diturunkan dari bapak yang baik ditunjang dengan ibu atau induk yang baik akan menghasilkan keturunan yang memiliki kualitas lebih baik diatas kualitas bapaknya. Dalam hal ini, anakan yang dihasilkan, bahkan lebih baik dari bapaknya. Jika tidak tercapai, minimal akan sama dengan bapaknya.
Betina yang biasa dipilih sebagai induk dengan pertimbangan standar sebatas atau yang penting mampu bertelur dan merawat anaknya ternyata memerlukan pertimbangan lebih dari itu.
Sebagai penjelasan yang lebih terang, pertimbangan yang lebih seperti volume suara betina yang lebih kencang dari betina kebanyakan, mental betina yang lebih berani atau tidak pemalu diantara yang lainnya. Semua itu ternyata menjadi andil yang nyata dalam mengantarkan kepada kualitas trah bapaknya yang dengan susah payah kita dapatkan, bahkan dipercaya betina adalah kunci dari pencetakan trah pada penangkaran burung khususnya.
Kenapa sejauh itu orang memelihara burung? Bukankah yang penting burung yang dipiara mau berkicau sudah cukup untuk hiburan.
Ya, itu dulu, sekarang burung piaraan tidak sekedar menemani ngopi, kenyataannya burung dijaman sekarang sering dituntut untuk berlomba di ajang lomba burung berkicau. Siapa yang dapat mendendangkan kicauan terbaik, pemiliknya akan mendapat piagam, uang dan piala. Itulah alasan orang terus membangun kualitas burung agar burung tidak asal bisa berkicau, tapi harus lebih indah lagi, jika ingin burungnya menang dalam kontes.
Disamping itu, terlepas dari juara dan hadiah, memiliki burung berprestasi merupakan kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri yang tidak dapat dibayar dengan apapun.
0 komentar:
Posting Komentar