Sabtu, 15 Agustus 2020

Lukas Kustaryo, Gaya Perangnya Ngledek, Belanda Geram Tapi Tak Mampu Menangkapnya



Dalam kisah perjuangan melawan Belanda, banyak tak-tik dan strategi yang dilakukan oleh pejuang Indonesia. Bagaimana tidak, pejuang dengan senjata yang terbatas harus melawan negara maju yang punya stok senjata lengkap.

Dari berbagai strategi yang dilakukan oleh mereka, strategi Kapten Lukas Kustaryolah yang paling membikin geram Belanda. Gaya perang Lukas Kustaryo benar-benar ngeledek, menurut Belanda. 

Pasalnya, Lukas Kustaryo gemar memakai pakaian seragam tentara Belanda yang berhasil ia bunuh dan dilanjutkan dengan menembaki Belanda yang lainnya.

Dia hampir ditembak oleh anak buahnya dalam jarak 25 meter, gara-gara penyamaran gila, ini. Beruntung tembakan tersebut meleset. Sa'at itu Letnan Sarif mengira kalau yang sedang dihadapinya itu Belanda, ternyata komandan sendiri. 

Mengetahui kesukaannya memakai seragam musuh yang telah dibunuhnya, yaitu tentara Belanda, Belanda menjadi sangat geram dan merasa diledek. Mereka harus menangkapnya hidup atau mati. Mereka menyebut Lukas Kustaryo adalah begundal dari Karawang.

Dari geramnya Belanda, mereka rela mengadakan sayembara untuk hadiah ribuan golden, bagi siapa yang dapat menangkap atau menunjukan Lukas Kustaryo berada.

Ini juga rupanya yang menyulut adanya pembumihangusan Rawagede di kota perjuangan yang legendaris tersebut. 

Ceritanya begini, 

Dikutip dari, compas.com, Rawagede merupakan daerah strategis, karena dilintasi jalur kereta api Kerawang - Rengas Dengklok. Jauh sebelum proklamasi daerah tersebut sudah menjadi tempat para laskar pejuang Indonesia.

Berawal dari Letkol Suroto Kunto pada 1946 ditunjuk sebagai Komandan Resimen Jakarta di Cikampek, Lukas Kustaryo ditunjuk menjadi satu dari komandan kompi yang memimpin Karawang-Bekasi.

Letkol Suroto Kunto yang sedang dalam perjalanan dinas menggunakan kendaraan diculik oleh pengkianat laskar rakyat pro-Hindia Belanda di daerah Rawa Gabus, Kabupaten Karawang.

Hingga sekarang belum ditemukan keberadaannya, kecuali bercak darah di mobil yang ditumpanginya ditemukan oleh Lukas Kustaryo dan anggota kompinya. 

Kejadian tersebut menggugah Kapten Lukas Kustaryo menyusun kekuatan dan strategi untuk mencari dan membalas perlakuan keji yang dilakukan kepada pimpinannya sendiri.

Nekat sekali, Lukas Kustaryo mengendarai sendiri lokomotif kereta api dari arah Cipinang di Jembatan Bojong, perbatasan Karawang-Bekasi, lalu, lokomotif ditabrakkan dengan kereta api penuh senjata dan amunisi milik Belanda yang datang dari arah berlawanan.

Senjata dan amunisi diambil untuk pasokan dan amunisi Tentara Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Belanda akhirnya mendapat informasi, jika Lukas Kustaryo berada di Rawagede. 

Sekitar pukul 16.00, turun perintah pimpinan pasukan Belanda bahwa Rawagede harus dibumihanguskan.

Akan tetapi Lukas Kustaryo sudah menghimpun tentara BKR di Rawagede dan berunding dengan para laskar hingga siang untuk merencanakan penyerangan ke wilayah Cililitan, Jakarta.

Sekitar pukul 15.00, Kapten Lukas beserta pasukannya telah keluar dari Rawagede dengan berjalan kaki.

Tengah malam, tentara Belandapun tiba di Stasiun Pataruman, Desa Kalangsari, yang bersebelahan dengan Kampung Rawagede.

Sekitar 300 tentara Belanda yang dipimpin Mayor Alphons Wijnen mulai memasuki Kampung Rawagede.

Demi menemukan Lukas Kustaryo, rakyat tidak luput ikut diinterogasi, meski rakyat tahu dimana Lukas Kustaryo, rakyat memilih bungkam tidak memberitahukan. 



Hal itu menambah marah dan Tentara Belanda tidak segan-segan menembaki laki-laki dan remaja dikampung tersebut. 

Tepat, Hari Selasa, 9 Desember 1947, Pembantaian sengit di Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang terjadi. 431 rakyat tewas. 

Pembantaian sengit dan pembumi hangusan Rawagede tidak membuat orang yang ditargetkan didapatkannya, yaitu Lukas Kustaryo. Hingga kemerdekaan Indonesia benar-benar diakui dunia dan Belandapun pergi dari bumi pertiwi Lukas Kustaryo masih hidup. 

Walau sempat menghilang dalam sejarah, Lukas Kustaryo sempat muncul ketika monumen pembantaian Rawagede diresmikan.

Lukas Kustaryo berkali-kali memohon maaf kepada warga Rawagede karena telah memicu terjadinya pembantaian itu. 

Akan tetapi, warga Rawagede tidak menaruh dendam kepadanya. 

Kepahlawanan Lukas Sutaryo adalah inspirasi pejuang bangsa demi membela negerinya, untuk tetap merdeka. Jika kemerdekaan hampir saja gagal dan direbut kembali oleh penjajah, karena Belanda tidak bisa menerima, hingga dengan brutal melancarkan agresi-agresinya.

Salah satu kota yang menjadi saksi kebiadaban berdarah Belanda adalah kampung Rawagede itu sendiri. 

Akan tetapi Belanda kalah, karena, nyatanya target orang yang dicari, Begundal dari Kerawang tidak dapat ditemuinya, dia sudah pindah posisi untuk menyerang mereka disudut yang lain, dan terus mengecohkannya.

Oh, Mayor Jendeal Lukas Kustaryo, engkolah pahlawan pemberani, aku salut. 

Lukas Kustaryo lahir di Magetan, Jawa Timur pada 20 Oktober 1920 dan meninggal pada 8 Januari 1997 dengan pangkat Mayor Jenderal.

0 komentar:

Posting Komentar