Kamis, 20 September 2018

Positive Thinking, Makna Yang Dalam dan Illahiah


Setelah di lakukan pengamatan seteliti-telitinya, sumber dari  motivasi untuk menjadi pemenang dalam kehidupan adalah dimulai dari berpikir positif , lalu terjadi penuntunan batiniah bagi yang rajin menanamkan pikiran-pikiran yang baik dalam otak, jauhkan dari hayalan buruk dan jangan pula mengatakannya supaya tidak direkam alam pikiran bawah sadar.

Apa yang direkam alam pikiran bawah sadar adalah diluar kesadaran dan rencana kita. Padahal, apa yang direkam dan dicatat di alam bawah sadar sana kemudian diaplikasikan untuk mengendalikan hidup kita.

Catatan yang baik akan menghasilkan susunan program yang baik, catatan yang buruk akan menghasilkan susunan program yang buruk. Celakanya, semua program berjalan diluar keinginan dan kesadaran kita.  Apa yang dilakukan dalam kehidupan nyata adalah sebagian besar dari  programnya.

Dalam penelitian, alam bawah sadar mengendalikan hidup kita sebesar 82%, jadi hanya 18%  diri kita dikendalikan dengan logika dan kesadaran. Segigih apa upaya kita untuk mengendalikan hidup untuk menjadi baik atau menjadi buruk jika dibandingkan dengan 82%?

Berbicara dan berfikir yang positif. Itu adalah intinya.

Buku- buku berisikan  ceramah para motivator kesohor dari belahan dunia  sampai ke negeri barat laris terjual. Mereka melancarkan motivasi lewat bukunya yang setebal batako, disana banyak cerita, informasi, motivasi yang menggerakan semangat pembacanya  "bla bla bla bla....", dapat kita amati,  pada satu halamana tengah, halaman utama atau paling tidak dihalaman akhir  anda akan mendapatkan kata yang  berbunyi,  " Positive Thinking ", atau thinking positive. Artinya kurang lebih sama, yaitu, berpikir positif.

Berbicara mengenai Positive Thinking atau Berpikir Positif, kalau ditelusuri ternyata tidak  sesederhana yang kita ketahui, ada makna yang dalam dan illahiyah   disana.

Saya sebagai penganut Islam  mendapatkan pengajaran dari agama, bahwa Allah dalam menentukan menjadi apa umatnya sesuai apa yang menjadi prasangkanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah Ta'ala berfirman: "Aku sesuai persangkaan hamba-Ku". (HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)

Dalam ajaran tentang umat dan Sang Pencipta, maka munculah sebuah kata yang berbunyi, Husnudzon (berbaik sangka), lawan dari Husnudzon adalah Suudzon (berburuk sangka). Barang siapa yang berprasangka baik, akan menjadi baik dan sebaliknya bagi yang berprasangka buruk akan menjadi buruk.

Saya berpikir, dari mana mereka menimba ilmunya, filsafat yang mereka berikan  tidak lepas dari filsuf dasar yang sama dalam motivasi yang mereka kembangkan, dan sementara hal itu telah ada tersirat sebelumnya didalam kitab yang  sebagai santri sejatinya sudah saya pelajari jauh-jauh hari. 

Hingga aku membeli buku setebal batako yang berjudul "The Power Of  Positive Thinking" karya Norman Vincent Peale yang best sheller itu. Dan yang lebih keren lagi berbahasa Inggris. Jika dirangkum apa inti keterangan dari buku itu, saya hanya perlu menulis satu kalimat yaitu kata "positive thinking" yang di pesantren Al Hikmah disebut, Husnudzon  yang artinya sama yaitu, "berpikir positif".

Bukan sekedar kalam yang illahiyah, dalam kehidupan juga pernah aku temui dengan begitu nyata dalam pengalaman hidup pribadi, dimana aku punya teman yang setiap menemui suatu masalah besar maupun kecil selalu dengan begitu ringannya melontarkan kata, "Wah, kalau begini mending bunuh diri aja". Kata-kata itu selalu diucapkan tanpa beban dan bahkan dengan nada bercanda. Entah itu kebetulan atau tidak, suatu pagi aku mendapat kabar bahwa dia telah melakukan bunuh diri.

Disaat yang lain, suatu ketika seorang berkata kepadaku dengan tangan menunjuk kearah sebuah rumah baru  yang berlokasi tepat diseberang jalan depan rumahku. Aku tahu persis bahwa rumah tersebut baru selesai dibangun setengah tahun sebelumnya oleh keluarga bahagia yang baru saja pulang dari luar negeri. Jadi kemungkinan rumah itu berpindah tangan ke orang tersebut adalah muskil, pikirku saat itu. Tapi, orang tersebut berkali-kali mengatakan hal yang sama setiap menatap megahnya rumah itu.

Tidak disangka, keluarga bahagia pemilik rumah tersebut mendapat telepon dari orang tuanya di Jawa Timur agar pindah dan menempati rumah orang tuanya di sana, dan akhirnya, ia memutuskan untuk menjual rumah itu.

Dan orang yang  saya ceritakan tadi, yaitu dia yang selalu bilang akan membeli rumah itu, secara kebetulan  kebun yang dia miliki digusur, orang tersebut mendapat ganti rugi dari perusahaan yang menggusurnya dan dengan uang tersebut dibelilah rumah yang diimpikannya itu. Subhanallah, sungguh ajaib.

Maka dari itu, berhati hatilah dengan alam pikiran bawah sadar. Kecerdasannya dalam menyerap sugesti dan mengaplikasikannya tanpa kompromi dengan logika dan pikiran sangat berkaitan dengan dampak yang terjadi pada kehidupan kita.

Kita tidak dapat mengaturnya, namun kita dapat memberikan sugesti kepadanya, kalau perlu kita menghipnotisnya. Dalam hal ini, kita menghipnotis diri kita sendiri, lalu memberikan sugesti kepada alam bawah sadar diri kita sendiri dengan sugesti yang baik, biarlah alam bawah sadar merekam sugesti yang baik itu bukan yang lain disaat kita berada dalam suasana hipnosis, lebih lengkapnya anda dapat baca disini Ini Cara Menghipnotis Diri Kita Sendiri, Stress Hilang Tenggelam

Sang Pencipta mengetahui yang ghoib dan yang nyata. PetunjukNya tidak akan pernah salah. Mungkin kitalah sebagai hamba yang tidak peka. Kita lupa bahwa yang mustahilpun bisa dengan mudah terjadi jika tangan Tuhan yang bicara. Kedahsyatan pikiran manusia adalah atas kehendaknya, sebagai bukti bahwa manusia adalan makhluk yang paling sempurna.




0 komentar:

Posting Komentar