Selasa, 19 Juni 2018

Alasan Kenapa Kamu Harus Urungkan Niat Bunuh Diri



Tekanan hidup, masalah dan cinta sering membawa manusia tak lagi mampu menahan asa, mungkin benar kata pepatah yang mengatakan, bahwa kesabaran itu ada batasnya, dan saat batas itu terlampaui, apa yang akan terjadi?

Saat gemerlap dunia tak lagi menarik untuk dinikmati karena sama sekali tak ada kebahagiaan yang dapat lagi digali di sana. Ditambah lagi dengan himpitan berbagai masalah yang membuat pandangan hidup menjadi gelap gulita.

Hidup dirasa sudah mentok, tapi rasa sakit, sedih dan penderitaan terus melaju tak bisa dihentikan.

Munculah pertanyaan  kotor, bagaimana kalau hidup ini berakhir ? Sepertinya semua penderitaan hidup juga akan berakhir. Daripada hidup menderita lebih baik mati. Tapi mati juga tidak mudah, jika Tuhan belum mematikannya.

Bunuh diri adalah satu-satunya langkah yang dianggap paling praktis untuk mengakhiri hidup tanpa melibatkan  banyak  orang, bisa dilakukan dimana saja di tempat yang sepi dan meninggalkan sepucuk surat berisi kata-kata terakhir yang berisi pesan moral.

Diperhitungkan juga rasa sakit yang tidak terlalu lama.  Masukan leher kelobang tali, lepaskan kaki dari pijakan dan blasssst! lenyaplah semuanya. Oh my God! seram sekali.

Begitu setidaknya iblis berbisik mengambil kesempatan pada jiwa yang rapuh.

Mungkinkah sesederhana itu?

Terlepas dari semua kemungkinan, bunuh diri juga merupakan hasil dari perhitungan yang matang  oleh pelaku, oleh karena itu bunuh diri jarang gagal.

Keputusan yang dianggap jalan terbaik justru itu adalah jalan terburuk, karena itu adalah jalan iblis.

Jika kamu adalah salah satu dari mereka, maka, belum terlambat,  berpikirlah dua kali dan urungkan niatmu detik ini juga.

Kenapa keputusan itu harus diurungkan?  Marilah kita perhitungkan kembali untung dan ruginya dengan sudut pandang yang lebih waras dan masuk akal.

Menurut pelaku, bunuh diri adalah menyelesaikan masalah, karena dengan bunuh diri semua masalah akan berakhir.

Masalah hidup berakhir, karena  pelaku sudah mati. Baiklah, anggap saja pendapat mereka benar. Setelah mati, ia menghayal adanya kedamaian dan kebebasan dari semua penderitaan untuk selamanya. Pelaku tidak percaya ada kebangkitan setelah alam kematian. Wallahu a'lam.

Tetapi bagaimana jika ternyata teori yang ia percayai salah, dan ternyata akherat itu benar adanya,

Semua agama mengajarkan tidak ada ampunan bagi orang yang mati dengan bunuh diri kecuali dilemparlah ke neraka. Mana yang lebih menderita, berenang di bara api neraka dengan sekedar ditagih hutang dan ditinggal pacar?

Masalah dunia terselesaikan, tapi  masalah baru diakhirat yang kekal di dapatkan. Keluar dari mulut buaya langsung dicabik-cabik harimau. Itu namanya mati konyol.

Ini keuntungan  jika pelaku memilih berfikir jernih dengan mengurungkan  niat bunuh diri dan memilih mendekatkan diri kepada yang kuasa sampai Tuhan sendiri mematikan atas ridlonya. Pelaku mendapat ampunan dan ditempatkan ditempat yang layak sehingga ia beristirahat dengan damai dan tenang. RIP.

Pelaku tidak menyerah dan tetap berdoa terus mendekatkan diri pada yang kuasa tapi nasib dirasa tak kunjung berubah, ingatlah, bahwa rumus dunia itu nyata, tidak ada duka yang selamanya, bahkan pestapun pasti akan berakhir. Dan itu pasti,  bahwa rumus dunia bakal selalu terjadi pada setiap diri manusia. Sayang sekali jika seseorang terburu-buru pergi dengan konyol disaat kebahagiaan sedang menyongsong hanya karena sedikit saja  tidak bersabar.

Pikiran yang terlalu pendek terburu-buru menafsirkan hidup sudah mentok itu benar-benar  salah besar  Saya berani mengatakan itu hingga pada detik terakhir dalam kehidupan manusia kemungkinan itu selalu ada.

Jika seseorang berpikir semua telah selesai karena  bangkrut, tidak lagi tersisa sepeserpun modal, sedang ia harus membayar hutang tidak boleh lebih dalam satu bulan. Tapi bisa saja ada rejeki yang datang secara tiba-tiba secara tak disangka-sangka, sebagai contoh,  menang undian,  ditalangi teman, masuk berita televisi yang menginspirasi orang-orang yang putus asa, terkenal dan menjadi bintang sinetron, menang lomba besar dan mendapat bonus, iseng belajar membuat aplikasi tidak disangka ada yang mau membeli dengan harga yang mahal, ratusan juta bahkan semilyar dan masih banyak kejutan-kejutan lain yang mungkin terjadi.
Saat itulah seseorang dapat membayar hutang secepatnnya dan mendapatkan modal untuk melanjutkan usaha. Itu contoh mudahnya.

Saya punya teman pernah memutuskan bunuh diri , hanya saja sebelum melakukan ia sempat mengungkapkan kepada saya. Motivasinya adalah kegagalan cinta.

Mendengar motivasi ini mungkin pembaca tertawa , karena cinta mau bunuh diri, ha ha ha, cemen ! Tapi, tidak untuk saya. Karena saya pernah mengalami betapa sakitnya ditinggal kawin pujaan hati. Hidup benar-benar tak berarti, sampai makan saja terasa pahit, rasanya lebih baik mati.

Didalam gelap, ternyata teman saya masih menyimpan sedikit iman. Ia sadar bahwa dirinya sedang menempuh jalan yang sesat dan cepat-cepat membanting stirnya. Ia mencoba untuk bertabah. Ia pasrah kepada Tuhan sebaik-baiknya tempat untuk bersandar.

Ia menyaksikan orang yang disayanginya pergi bersama orang lain. Jantung dan hatinya terasa pedih seperti diiris-iris.

Satu hari, dua hari, tigahari dan seiring hari-hari terus berlalu, rasa sakitpun sedikit demi sedikit  terkikis. Di sisa hidupnya, Ia mencoba usaha baru, dengan bergaul, melirik gadis lain, membaur dengan mereka, bercanda, bergurau dan mengukir cerita-cerita indah lainnya sehingga iapun move on. Masa Allah! sungguh perjuangan yang bagus.
.
Sampai suatu hari ia bertemu dengan gadis yang lebih baik, lebih cantik dan lebih sayang, mereka saling menyintai dan kebahagiaan barupun ia mulai.

Coba, seandainya saja saat itu ia memilih mendengar bisikan iblis tidak mengurungkan niatnya melakukan bunuh diri, dimana dia dan sedang apa sekarang? Komentar orangpun tidak lebih hanya satu kata, "kasihan"

0 komentar:

Posting Komentar