Minggu, 11 Agustus 2019

Benarkah Agama Tidak Masuk Akal?



Agama itu sesuatu yang tidak masuk akal. Setidaknya itu sering diungkapkan sebagian orang yang justru berakal. Agama hanyalah buatan manusia, tidak lebih dari hayalan seseorang untuk menakut-nakuti dan membohongi manusia dengan akalnya, tingkah laku dan hubungan terhadap penciptanya dari hidup dan setelah mati.  Sepertinya tidak sedikitpun ditujukan kepada makhluk lain selain manusia karena mereka tidak punya akal. Agama butuh akal pikiran dari makhluk yang akan diberinya, karena hal ini membutuhkan  pemahaman.

Sulitnya, agama itu tidak hanya satu, akan tetapi begitu banyak. Di Indonesia saja ada 6 jumlahnya. Semua agama mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar. Karena jenis dan jumlah yang banyak, para pencari kebenaranpun bingung harus pilih yang mana.

Bagi yang dalam proses pencarian, pasti akan memilah-milah, agama mana yang cocok dengan dirinya, agama mana yang paling benar menurut penilaiannya. Tidak jarang mereka gagal mendapatkannya. Dan agama yang dimilikinya hanya sekedar sarat keterangan di KTP saja.

Lebih membingungkan lagi, agama tidak bisa disanggah. Apa yang bertentangan di dalam akal semua  harus diabaikan oleh para penganutnya. Mereka dengan membabi buta percaya sesuai dengan dokrin-dokrin yang sudah ada di dalamnya tanpa diolah dengan akal pikiran lagi, jika tidak ingin dianggap lemah iman.

Seperti yang dikatakan Danielle sebelum dia memutuskan memilih satu agama, dilansir dari voa-islam.com, "Dulu, sebelum tahu Islam, menurutku semua agama itu tak masuk akal. Aku lebih suka memakai otakku daripada mencari tahu di kitab-kitab tua tentang bagaimana cara menghadapi hidup.

Andai saja saat itu ada orang yang memberiku uang jutaan dolar supaya aku mau memeluk salah satu agama, pasti akan kutolak mentah-mentah. Tapi aku masih belum puas hanya sekedar tidak beragama. Aku masih ingin membuktikan bahwa semua agama itu nonsense dan hoax saja. Aku benar-benar bertekad untuk melakukannya". Begitu, pendapat Danielle bersikeras dengan tekadnya. Danialle merupakan salah satu dari orang yang tidak percaya dengan agama, tapi memiliki perhatian terhadapnya, ia sengaja mempelajarinya dengan tujuan mencari kesalahan untuk membuktikan kebohongan dan omong kosongnya.

Betulkah agama itu nosense?

Barangkali tanpa agamapun manusia tetap akan memikirkan adanya Tuhan, dalam hal ini adalah Sang Pencipta. Itu pasti, jika digali dengan akal sehat, semua hal yang ada disekeliling bukan tidak mungkin itu adalah kreasi dari hasil sebuah penciptaan, dari manusia  sendiri khususnya, hingga makhluk hidup pada umumnya.

Bicara tentang makhluk hidup, yang hidup dan bernapas, mungkinkah itu terjadi dengan sendirinya, atau hanya peristiwa alam saja, bagaimana mereka mempunyai bentuk badan beserta panca indranya yang serasi? sebagai contoh, jika makhluk hidup terjadi dari alam dengan sendirinya, mungkin posisi telinga yang berjumlah dua  berpasangan tidak akan sejajar antara yang satu dengan satu yang lainnya.

Bagaimana panca indra mata memiliki retina sebagai lensa agar dapat menerima cahaya suatu benda dan mengolahnya agar mata dapat melihat. Belum lagi jaringan otak yang super rumit membuat manusia mampu berpikir, bahkan otak manusia cerdaspun bingung dibuatnya. Alam semesta yang besar, yang manusia tidak  mampu melihat semuanya. Mereka bergerak teratur di orbitnya sesuai dengan tata suryanya. Renungkan, jika anda termasuk orang yang berpikir, betapa agung dan besarnya.

Anda boleh percaya atau tidak percaya pada suatu agama, perlu diketahui, pada intinya agama merupakan sarana pencerahan itu semua, yang dibawa oleh Rasul dari Tuhan sendiri untuk diteruskan kepada umatnya. Pencerahan dari Tuhan itu berbentuk wahyu dengan perantaraan kalam (kalimat) yang disampaikan kepada Rasul yang ditunjuknya.


Agama bukanlah tujuan, akan tetapi sebuah media sebagai sarana makhluk dalam mengenal khaliknya, mengenal perintah dan larangannya, yang disebut taqwa. Bagi siapa yang tidak tunduk pada perintah dan larangannya akan menjadi manusia yang berdosa, manusia yang berdosa, disaat matinya nanti akan dimasukan ke neraka dan barang siapa yang bertaqwa, yaitu melakukan perintahnya dan menghindari larangannya kelak setelah mati akan dimasukan ke dalam surga.

Dari agama, manusia dapat mengetahui lebih tegas, mengenal Tuhan saja itu tidak cukup, akan tetapi ada perintah yang wajib dilakukan dan ada larangan yang wajib ditaati. Ganjaran dan hukuman ini akan diterima setelah seseorang itu mati.

Ada urusan setelah mati? Ya, begitulah yang diterangkan di dalam agama. Keterangan itu termakdub di dalam kitab-kitabnya. Setelah mati, manusia akan dihitung amal perbuatannya. Berapa amal buruk dan berapa amal baik. Jika amal buruk lebih banyak, maka manusia akan celaka, sebaliknya, jika amal baik lebih banyak, maka manusia akan selamat.

Konon sebelum ada agama dan ilmu pengetahuan maju, manusia menganggap matahari adalah tuhan, manusiapun menyembahnya sebagai penghormatan dan rasa tunduk tanpa harus disuruh. Sebagai makhluk lemah, memang sudah selayaknya tunduk dan berserah diri sepenuhnya kepada Sang Perkasa. Dialah Tuhan satu-satunya yang layak untuk disembah.


Beruntung, pada akhirnya mataharipun dapat diketahui oleh manusia, itu hanyalah satu dari benda alam panas yang sinarnya menerangi bumi dan menjadi sumber energi bagi kehidupan makhluk hidup yang ada dibumi. Dan manusia terus tak berhenti mencari tuhannya yang lain, agama memberinya petunjuk, Allah lah tuhan yang menciptakan alam semesta, yang termasuk didalamnya adalah manusia.

Tuhan tidak butuh disembah makhluknya, akan tetapi makhluk tiada daya dan upaya tanpa pertolongannya, oleh karena itulah mereka menyembah. Sebagai Pencipta, dia dapat melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya tanpa sedikitpun dapat dipengaruhi oleh dzat yang diciptakan. Jelas tak mungkin dzat yang menciptakan tergantung kepada yang diciptakan. Anak kecil yang membuat mobil-mobilan tidak mungkin mau disuruh oleh mobil mainan buatannya.

Apa yang tertulis dalam kitab adalah wahyu Tuhan yang berisi perintah dan petunjuk pada saat dibutuhkan dalam memberi pencerahan kepada umat manusia. Orang yang diberi kalam adalah seorang Rasul. Rasul menjabarkan dan mengamalkan bersama perjalanannya dalam menerangi kegelapan jiwa dan pikiran manusia dalam menjalani tugas sebagai khalifah di bumi. Wahyu-wahyu yang terkumpul itu di anggit dalam sebuah buku hingga menjadi sebuah kitab yang suci dan menjadi sebuah pedoman dalam sebuah agama.

Berabad abad lamanya, setelah Rasulnya tiada, agama terus menjadi pegangan oleh umatnya dari generasi ke generasi berikutnya. Sebagai pedoman adalah kitab yang tidak berubah sepanjang jaman. Untuk kebutuhan keterangan kalam yang tertulis, setiap penganut dapat saja membaca, bahkan membaca al kitab adalah suatu ibadah dan menterjemahkannya untuk mengetahui isinya.

Dalam menterjemahkan kalam Illahi, orang yang masih awam kadang menemukan kata yang tidak masuk di akal, dan akal yang dangkal itu seakan mendapat sesuatu yang tidak cocok dan salah. Disinilah kadang beberapa orang langsung menafsirkan bahwa agama itu bohong dan nonsense.

Itu bahasa Tuhan, dan yang sejatinya arti yang sebenarnya adalah hanya Dia yang tahu atau rasul sendiri sebagai penerima wahyu secara langsung. Seseorang yang mengatakan tidak masuk akal itu karena akal mereka yang tidak mampu menelaah apa isi yang sebenarnya.

Dari semua uraian di atas tegaslah bahwa Agama tidak bisa diakalin, tapi diimani.

0 komentar:

Posting Komentar