Jumlah santri Kyai Barseso sudah mencapai 60000 orang, itu membuktikan bahwa Kyai Barseso bukan kyai ece-ece, kharisma dan ilmu agama yang dimiliki sudah mendapat kepercayaan bagi banyak penganutnya.
Kealiman Barseso memang tidak tertandingkan dibandingkan kyai-kyai yang lain dijamannya. Baginya, dekat kepada sang Illahi adalah segala-galanya. Ibadah yang dilakukan belum pernah cukup untuk membalas kenikmatan yang Tuhan berikan kepada umatnya. Ia selalu mencari cara untuk lebih dekat dan lebih dekat lagi. Ia sangat takut kalau diakhir hayatnya nanti mati tidak dalam keadaan khusnul khotimah dan akan dicatat sebagai orang yang tidak selamat diakherat, lalu, menjadi penghuni neraka untuk selama-lamanya.
Dalam ketakutan, ia selalu bangun ditengah malam, ia pergi ke masjid dan memohon ampun kepada Tuhan dengan sekhusuk-khusuknya. Ia benar-benar mengutamakan urusan akhirat daripada urusan dunia. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana Tuhan mengampuni dosanya.
Tidak jauh dari posisi dia duduk, duduk pula seorang laki-laki yang sedang berdoa sambil menangis. Dalam do'anya, apa yang diminta tidak berbeda, yaitu sama-sama sedang minta ampun kepada Tuhannya atas dosa yang telah dilakukan. Penyesalan yang sangat dalam membuat dia tidak dapat menahan air matanya. Rintihan tangisan pilu menggetarkan langit dan arasy, membuat gundah bagi jiwa-jiwa yang mendengarnya.
Barseso bertanya kepada laki-laki tersebut. "Dosa apa yang kau perbuat kisanak, sehingga kau sampai menangis dengan sebegitunya? Sungguh beruntung kau, dapat menangis sesempurna itu didepan Tuhan?"
"Dosa yang besar, yang dengan sengaja saya buat, agar dapat menangis dan bertobat dengan sempurna" jawab laki-laki itu.
"Dosa besar?" Barseso mengulang kata-kata itu didalam hati dan mempertanyakan diri, betapa senangnya jika ia dapat berdo'a sehebat orang itu. "Sungguh jika kau berkenan, bolehlah berbagi padaku caranya?" kata Barseso meminta.
Laki-laki itu tidak keberatan, dengan senang hati memberi tahu kiatnya. "Ada 5 dosa besar yang jika kamu lakukan salah satu saja akan memicu kamu kedalam penyesalan yang teramat dalam, dari penyesalan besar itulah kamu dapat berdo'a sesempurna doaku" kata laki-laki itu yang ternyata tidak lain adalah Iblish yang menyamar menjadi pendo'a yang alim.
"Apa kelima dosa tersebut, sebutkanlah?" pinta Barseso tak sabar.
" 5 dosa tersebut adalah 5 M"
"Apa itu 5 M?" Barseso masih tidak paham.
"5 M adalah, 1. Membunuh orang, 2. Menzinai orang, 3. Mencuri 4. Menghisap narkoba 5. Minuman keras."
Barseso terkejut dengan opsi yang disodorkan laki-laki itu. Akan tetapi, bagaimanapun juga, ia adalah orang yang berhasil dimatanya.
"Jika aku membunuh orang, siapa yang menjadi korban dan setelahnya aku akan dipenjara atau bahkan aku akan dihukum mati juga" timbangnya. " Ah, tidak untuk yang nomor 1 ini," katanya kurang setuju.
"Jika nomor 2, menzinai orang, bagaimana jika perempuan yang kuzinai menuntutku untuk menikahinya, istri tua tentu tidak akan menerima. Tidak !, nomor ini juga tidak pas, ini menyangkut penderitaan orang lain".
Opsi nomor 2 dilewati.
Sampai pada opsi yang ketiga, yaitu mencuri, tetap saja masih keberatan, sebab untuk dapat penyesalan yang besar, mencurinya sudah pasti harus besar nilainya, siapa yang dicuri, jika ketahuan, lalu digebugi.
Opsi ke3 dilewati.
Pada opsi ke 4, menghisap narkoba, itupun ia lewati, dengan pertimbangan narkoba dapat menjadikan orang ketagihan, ia tidak bisa jika kelak harus memakai itu seterusnya.
Nomor 5, minuman keras. "Boleh ini, kalaupun pada akhirnya aku harus mabuk, setelah sembuh, aku tidak mengalami ketergantungan, aku juga dapat melakukan dengan sembunyi- sembunyi tanpa ada orang tahu" katanya memutuskan pilihan.
Akhirnya, Barseso memutuskan untuk memilih nomor 5 yang terakhir. Ia menganggap nomor itu pilihan yang paling ringan resikonya. Setidaknya ia tidak melibatkan penderitaan orang lain, jika dapat mengaturnya dengan rapi, bahkan nama baiknyapun bisa tertutupi.
"Ini urusanku dengan Tuhan, biarlah semua ini hanyalah aku dan Tuhan saja yang tahu" katanya dalam hati.
Seperti yang sudah direncanakan, ilmu baru yang jos dari seorang Iblis yang menyamar sebagai mu'alim itu direalisasikan. Kyai Barsesopun pergi ke bar, tidak lama kemudian, iapun tenggelam dalam minum-minuman keras yang memabukan. Semakin ditenggak minuman itu semaki naik ke ubun-ubun, semakin tinggi, semakin shako, semakin hilang akal sehatnya, ia bahkan tidak tahu dimana dan siapa diri yang sebenarnya.
Mabuk yang sempurna membuat Kyai itu masuk dalam halusinasi. Pelayan bar yang sekaligus juga berperan sebagai teman minum bagi pengunjung yang mabuk tetap melayani dengan sebaik-baiknya, belaian lembut juga biasa dilakukan sebagai service untuk membuat tamu merasa senang bak didalam sorga.
Dunia halu yang kini sedang terjadi dalam otak miring Kyai Barseso sepertinya menggambarkan demikian. Iapun mengajak bidadari yang cantik dan lembut dalam penglihatannya itu masuk ke kamar, ada sesuatu yang nampaknya tidak dapat ditahan pada diri kyai.
Keluar dari kamar, sepasang manusia yang berlainan jenis itu tampak bahagia, sesuatu yang tidak dapat ditahan telah dicurahkan, apa yang dilakukan Barseso dengan wanita teman minum di dalam kamar menyatakan bahwa dirinya telah melanggar pada opsi yang ke 2, yaitu menzinai orang.
Semakin lama, semakin malam, semakin panas suasana bar, Barsesopun semakin reseh, seorang pengunjung menegurnya. Entah apa yang dikatakan pengunjung itu hingga Barseso marah. Lalu, pertengkaran pun terjadi.
Barseso mengambil pisau dan menancapkannya tepat di uluhati pengunjung itu, pengunjung itu roboh seketika terjerambab di lantai bersimbah darah. Tak berapa lama kemudian pengunjung itu diketahui telah meninggal dunia.
Sayang sekali, opsi nomor 1 tentang membunuh orang harus terjadi, padahal dari awal sudah wanti-wanti untuk dihindari. Dan, karena perbuatan itu, Barseso ditangkap polosi dan langsung dimasukan ke dalam sel tahanan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Di dalam sell yang sempit, dengan jumlah penghuni yang melebihi kapasitas, nyaris tak melihat seorangpun bersahabat disana. Ia merasa dirinya sudah berakhir.
"Sudah dari cukup rasanya dosa telah ku kumpulkan. Sudah terlalu banyak urusan dunia fana yang terlibat. Ternyata dunia tidak lebih indah dari sholat malam dan bertafakur di Masjid. Aku harus keluar. Sudah saatnya kududuk lebih khusuk lagi dengan tenang di dalam Masjid. Aku akan menangis sejadi-jadinya padamu Tuhan" bisiknya dalam hati.
Ia ingat si alim yang ia kenal di Masjid tempat dirinya bertafaqur. Dialah juga merupakan orang yang telah membuat hari-harinya sibuk dengan dosa sejak dari pertama mengenalnya.
Masih asik Barseso merenung, punggungnya ada yang menepuk dari belakang. Barseso terkejut bukan main, ketika menoleh ia nenatap seraut wajah yang sangat mirip dengan orang yang sedang dikhayalkan, yaitu si alim yang di Masjid itu.
"Kau!" tanya Barseso heran.
"Ssst" dia memberi isyarat untuk dirinya diam dengan melintangkan telunjuknya dibibir.
"Kita tidak banyak waktu, cepatlah keluar dan bawa koper ini baik-baik sampai kita ketemu nanti!" katanya seraya tangannya memberikan sebuah koper kepada Barseso.
Setelah koper berada ditangan Barseso, ia mempersilahkan untuk keluar. Barseso melihat sebuah lubang yang ia tunjukan dengan gerak tangannya. Barseso menatapnya sebentar dan tidak banyak kata lagi dia membungkuk dan mendorongkan badannya berusaha keluar dari lubang tersebut.
Kaburlah Barseso dari penjara nyaris tanpa kesulitan sedikitpun. Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar