Minggu, 18 Agustus 2019

Suharto : Piye Kabare, Enak Jamanku, To?



Sering kita lihat setiker gambar Suharto tersenyum seraya melambaikan tangan, pada stiker tersebut juga ada tulisan, "Piye kabare?, enak jamanku, ?".

Stiker yang berukuran cukup besar sekitar 30x40 cm tidak jarang menempel pada kaca mobil angkutan umum, angkutan pribadi, tembok rumah dan pertokoan.

Anda tidak menyadari, saat anda melihat, anda merasakan seakan-akan anda sedang berhadapan langsung, kata-kata yang tertera ditulisan seakan mewakili mulutnya yang sedang berkata-kata.

Alam bawah sadar anda merekam sosok Suharto yang sumeh, kebapaan sedang mengulurkan tangan menawarkan kedamaian dan kesejahteraan rakyat dibawah pangkuannya.

Terlepas dari hujatan bagi yang membencinya, tidak sedikit juga rakyat Indonesia yang merindukannya.

Sejak saya kecil, pertama aku menyadari menjadi manusia, beliau sudah presiden. Yang aku tahu dia sibuk membangun-dan membangun. Dia punya konsep pembangunan lima tahunan yang sambung menyambung terus dari satu periode ke periode yang selanjutnya, yang bernama Repelita, (Rencana Pembangunan Lima Tahun).

Dalam satu periode selama 5 tahun, ada saja satu segmen yang difokhuskan secara khusus, saya masih ingat, periode di jamanku saat itu fokus program yang  dicanangkan adalah bidang pangan.
Dalam bidang pangan, tidak terlepas adanya perbaikan bidang pertanian.

Kita sama-sama tahu, jaman sekarang,  yang namanya pupuk urea dalam menanam padi  sudah merupakan satu hal yang wajib, tanpa pupuk yang satu ini, semangat bertanam seakan menjadi hilang, karena sudah dapat ditebak hasilnya pasti tidak akan maksimal.

Tahukah anda, siapa yang berjasa menyadarkan masyarakat akan kegunaan pupuk urea, dijaman dulu, betapa sulitnya untuk meyakinkan masyarakat hanya untuk memakai pupuk tersebut. Kampanye yang digembor-gemborkan tidak didengar, mereka memandang menggunakan pupuk urea adalah tabu dan pamali. Mereka lebih suka hal yang alami, mereka masih risih menerima produk modern dan segala sesuatu yang dibuat dengan  teknologi canggih.

Tidak menyerah hanya dalam satu cara, pemerintah mengadakan program yang dinamakan Bimas dan Inmas (Bimbingan Masal dan Intruksi Masal), isinya menyadarkan petani  dan memberikan pupuk urea dengan sistem pembayaran dengan cara mengangsur dibelakang. Petani  dapat langsung menerapkan pada tanaman tanpa harus membayar lebih dahulu.

Pertama terpaksa, lama kelamaan terasa efeknya dan akhirnya, ketagihan setelah melihat hasil yang terus meningkat.

Tidak cukup dengan bantuan materi saja, sumber daya manusia tidak kalah penting, tanpa ilmu, apapun jenis usaha hanya omong kosong.

Caranya adalah dengan memanfaatkan semua  sumber media yang ada. Satu-satunya stasiun TVRI harus rela untuk tidak menayangkan hiburan semata, primetime acara yang digelar bukanlah sinetron, akademi dangdut dan hiburan-hiburan kosong lainnya. Acara yang ditayangkan adalah KLOMPENCAPIR ( Kelompok Pendengar Dan Pemirsa), yang saya tahu acara tersebut berisi pembahasan mengenai segala bentuk pertanian, beberapa petani berkumpul, membahas pertanian, bahkan tebak-tebakan seru, juga tentang pertanian.

Asal tahu saja, dari sederetan presiden-presiden yang pernah memimpin Indonesia, hanya dibawah kepemimpinan Suhartolah Indonesia pernah dinobatkan menjadi negara Swasembada Bahan Pangan. Indonesia dapat mencukupi kebutuhan pangan di negeri sendiri tanpa harus mengiport bahan pangan dari luar negeri, bahkan malah menjualnya ke luar negeri.

Berdatangan delegasi negara-negara lain ke Indonesia ingin belajar cara bertani yang baik sebagaimana ilmu pertanian yang diterapkan di negeri yang kita cintai ini agar dapat memenuhi keperluan pangan negeri mereka. Karena untuk menjadi negara yang kuat, syarat utama adalah makan. Tidak ada kekuatan untuk orang yang kelaparan.



Keberhasilannya dalam bidang pangan, mengantarkan Indonesia kepada apa yang disebut dengan macan Asia. Lalu dipilihlah Suharto menjadi Pemimpin Negara-Negara Non Blok, atas kesepakatan dari negara-negara anggota pesertanya.

Dalam periode selanjutnya, oleh kekuatan politik, Suhartopun mendapatkan kepercayaan menjadi presiden lagi.

Perut   kenyang,  badanpun menjadi fit, dengan  lebih yakin majulah pada langkah yang selanjutnya. Setelah bidang pangan berhasil, periode selanjutnya Indonesia mulai menuju ke technologi.

Kita semua tahu seorang yang dikenal berotak genius, dia adalah kebanggaan semua rakyat Indonesia, kala itu, dari anak-anak sampai orang tua tidak luput dari perhatiannya. Beliau adalah Profesor BJ Habibie, Beliau dikenal si pembuat kapal terbang.

Dari keakrabannya sebagai tokoh disemua kalangan, penyanyi cilik Josua mewakili anak-anak kecil seusianya dengan lagunya yang bertema cita-cita menjadi profesor  , membikin pesawat yang akan dibuat sendiri seperti Pak Habibie untuk dapat mengantar mama ke pasar.

Konon, Presiden Suharto sengaja memanggilnya pulang ke Indonesia dari tempat kerjanya Jerman untuk membantu program yang sedang beliau canangkan di segmen teknologi.

Untuk program besarnya tersebut, Suharto tidak segan-segan mendirikannya pabrik pesawat yang diberi nama ,NURTANIO. Nyatalah, Nurtanio itu berdiri. Pesawat demi pesawatpun diproduksi.

Indonesia tidak kalah dengan negara-negara maju  setingkat Jerman dengan produk pesawatnya. Mengingat Habibie sendiri keluaran dari pabrik pesawat dimana negara itu berada.

Dalam pemasaran, dilakukan berbagai cara sistem pemasaran, dari yang keras sampai yang lunak.  Konon Thailand pernah membeli produk pesawat dari Nurtanio yang dibayar dengan beras ketan.

Dalam bidang keamanan, bahkan rakyat berlindung dengan nyaman dibawah senjatanya. Sebagai seorang militer, langkah tegas sudah pasti dilakukan pada para pengganggu keamanan yang meresahkan rakyatnya.

Ketika banyak bencoleng- bencoleng bertato yang suka bikin onar, mengacau, menodong dan bahkan, membunuh, sungguh sangat meresahkan masyarakat , pemerintah tidak segan-segan menindaknya dengan tegas.

Kala itu, sekitar tahun 1984 an, dimana ada istilah Penembakkan Misterius yang terjadi dari waktu ke waktu. Korbannya kebanyakan laki-laki dengan ciri khas bertato. Mereka dibuang dipinggir sungai, jalan, kebun dan tempat-tempat yang diketahui masyarakat untuk dikuburkan.

Belakangan diketahui korban-korban penembakkan misterius itu adalah para preman, bencoleng, tukang palak, pembunuh dan pelaku kejahatan-kejahatan lainnya yang sangat meresahkan masarakat dalam setiap aksinya.

Selama kepemimpinan Suharto, Indonesia menjadi negara yang maju, gemah ripah lohjinawi. Pembangunan yang maju membuat beliau mendapat julukan, Bapak Pembangunan.

Dengan ketegasannya rakyat merasa aman, dengan senyum renyahnya rakyat menjadi sumringah. Suharto, presiden Indonesia kala itu.





0 komentar:

Posting Komentar