Beberapa kampung di daerah pedalaman lereng gunung Selamet penduduknya masih makan cebong. Cebong yang merupakan anak katak atau bangkong masih menjadi santapan faforit didaerah itu. Namun demikian, cebong yang mereka makan tidak asal cebong, akan tetapi secara khusus hanya cebong yang hidup disungai Logawa.
Cebong ditangkap dengan seser, wuwu dan jala, alat tangkap ikan yang terkenal disana. Tidak jarang juga cebong ditangkap dengan tangan telanjang, akan tetapi cebong tidak bisa ditangkap dengan kail atau pancing.
Sungai Logawa yang memiliki air dengan tingkat kejernihan tinggi dan ph yang rendah masih aman diminum tanpa terlebih dahulu dimasak. Begitu juga semua jenis ikan yang mendiami kali itu, semua memiliki cita rasa yang lezat tak tererkecuali berudu atau cebong yang merupakan keturunan dari jenis katak yang mendiami daerah sekitar sungai.
Jenis ikan sungai Logawa tidak sama dengan jenis ikan air tawar yang kita kenal seperti tawes, melem, mujaer dan lainnya, ikan sungai Logawa memiliki ciri yang khusus, disamping rasanya yang lezat, bentuk tubuh dan karakternya memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Meski petani disekitar kali banyak yang membudidayakan ikan air tawar, ikan air tawar tidak dapat bertahan hidup lama di kali Logawa.
Pernah beberapa petani mencoba melepas benih ikan air tawar yang diambil dari empang miliknya ke kali Logawa. Setelah beberapa lama ikan bertahan hidup, namun beberapa waktu kemudian, ikan semakin berkurang dan lama kelamaan menghilang.
Setelah diteliti, ternyata ikan-ikan tersebut tidaklah menghilang, melainkan berpindah tempat dengan mengikuti arus air ke daerah bagian bawah pada dataran yang lebih rendah.
Pada dataran tinggi tidak jauh dari hulu sungai Logawa suhu air sangat rendah membuat air begitu dingin. Tak banyak jenis makanan yang terdapat disana, sehingga tidak semua ikan dapat bertahan.
Sedangkan daerah bagian bawah, masuk ke perbatasan kota sudah berbeda lagi. Air sudah terasa hangat, karena banyaknya anak-anak sungai dari sumber lain di perkampungan sekitar yang bermuara di kali Logawa, ditambah lagi dengan suhu udara yang tinggi.
Jenis ikan dibagian bawahpun bergeser dari ikan kali Logawa menjadi ikan air tawar biasa yang tidak berbeda dengan ikan empang yang dibudidayakan oleh penduduk kampung disekitar daerah kali bagian bawah. Sebaliknya, ikan asli Logawalah yang tidak kuat disini.
Beberapa jenis ikan yang hidup dikali Logawa dapat dihitung dengan jari, diantaranya yang sangat dikenal adalah, udikan, kekel, keting, lunjar, pelus, nyongo dan udang. Selain itu adalah cebong, yaitu berudu anak katak yang juga dikonsumsi oleh penduduk disekitarnya. Diantara species ikan yang ada yang paling lezat adalah Udikan, bentuknya ada kemiripan dengan ikan tawar Melem dengan perbedaan bentuk sisik yang khas dan ukuran yang lebih panjang.
Udikan
Untuk makanan, beberapa jenis ikan kali Logawa memakan lumut bebatuan dan beberapa memakan cacing, serangga dan binatang-binatang lainnya yang hidup dikali. Beberapa yang lain ada juga yang kanibal atau makan sesama ikan yang lain.
Yang menarik menangkap ikan dikali Logawa adalah penangkapan ikan dengan tangan telanjang. Ada kebiasaan penduduk sekitar kali Logawa melakukan penangkapan ikan dengan cara "Marak" yaitu penangkapan ikan dilakukan dengan cara beramai-ramai melibatkan banyak orang.
Dengan bergotong royong beberapa orang terlebih dahulu membendung setengah areal kali, setengah kali yang lain dibiarkan mengalir lebih lancar dengan menyingkirkan batu-batu yang ada ke pinggir untuk kemudian ditumpuk sedemikian rupa sebagai tranggul bendungan yang akan dikeringkan airnya tidak jauh sisebelahnya.
Tumpukan batu yang masih bercelah kemudian disuap dengan jerami hingga tranggul benar-benar rapat dan setengah kalipun menjadi kering, meninggalkan sedikit sisa aliran tidak berarti.
Di moment itulah semua orang yang ada beramai-ramai turun ke lokasi menangkap ikan yang sudah terjebak oleh berkurangnya air, sehingga tidak cukup ruang untuk bergerak sekedar meloloskan diri. Dengan tangan telanjang cukup dengan meraba-raba disetiap celah-celah batu dimana ikan-ikan biasa bersembunyi. Dimana satu dari jenis-jenis ikan tersebut adalah cebong.
Sungguh mengasikkan menangkap ikan dengan cara demikian, tidak sekedar mencari ikan, tapi lebih kepada sebuah rekreasi yang dilakukan bersama-sama orang yang sudah dikenal seperti, tetangga, teman dan handai tolan yang secara sosial semakin jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Adanya acara ini keakraban tumbuh kembali.
Akan tetapi, acara semacam ini tidak dilakukan setiap hari, dan juga bukan merupakan mata pencaharian penduduk.
Jenis ikan sungai Logawa sudah termasuk binatang langka, penangkapan secara besar-besaran disadari oleh semua pihak dapat mengancam kepunahan mereka, oleh karena itu baik pemerintah maupun masarakat sekitar sepakat untuk bersama-sama menjaga keutuhan populasinya dengan cara melarang praktek exploitasi kali yang tidak bertanggung jawab oleh pihak manapun.
Sayangnya, hingga kini belum ada yang berhasil membudidayakan ikan Logawa tersebut seperti ikan-ikan jenis lain yang sudah dilakukan oleh banyak petani ikan.
Hal ini jauh berbeda dengan cebong, disamping kemampuan adaptasi yang bagus, mereka juga berkembang cepat di kali Logawa. Meskipun penangkapan setiap hari dilakukan, stock barang tidak akan berkurang.
Nelayan ikan cebong Logawa dapat menjual disekeliling kampung terdekat dan lebih jauh lagi jika hasil tangkapan lebih banyak.
Demikian ikan yang nyaris tak bertulang bercitarasa nan gurih ini disukai oleh masarakat yang tinggal tidak jauh dari hulu kali Logawa tepatnya di Wadas pecah, Lereng Gunung Selamet.