Apa yang anda ketahui tentang wali? jawabannya banyak sekali. Wali murid, yaitu orang tua murid, rajawali, yaitu burung sejenis elang yang paling gagah dan kuat, kuwali, yaitu wajan yang berukuran paling besar dan masih banyak lagi wali-wali yang lainnya, tapi semua merujuk kepada hal yang paling besar dan paling kuat atau hal lain yang mempunyai nilai lebih, bahkan brantawali merupakan jamu yang paling pahit diantara jamu yang lainnya. Ada apa dengan wali?
Wali yang akan saya bahas kali ini adalah Waliyullah atau Wali Allah. Kata wali berasal dari bahasa Arab yang berarti kekasih atau yang dicintai. Waliyullah adalah sebutan untuk orang yang dikasihi oleh Allah. Orang membicarakannya cukup dengan kata "wali".
Secara umum wali mungkin belum begitu populer, tapi didunia santri kata ini sudah tidak asing lagi karena sering dibahas dalam satu pelajaran yang ada disana.
Bagi anda yang pernah mondok di pesantren (boarding school) kisah tentang wali selalu menarik dibicarakan karena begitu unik dan masih penuh misteri.Oleh karena itu, ijinkan saya berbagi sedikit pengetahuan yang saya dapat selama saya mondok disebuah pesantren, dimana dan pesantren apa yang tak perlu saya sebutkan.
Yang jelas pesantren tempat saya mondok itu tempat orang belajar agama untuk pelajaran utamanya dan pelajaran non agama untuk pelajaran tambahannya sebagai jembatan agar bisa mengenal Tuhan dan bagaimana menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya (taqwa) agar selamat dunia dan akhirat.
Orang tua menaruh anaknya dipesantren biar menjadi anak yang saleh, yaitu anak yang senantiasa mendoakan orang tuanya, terutama saat dirinya meninggal dunia kelak.
Pembahasan hubungan antara makhluk dan kholik (habluminallah) memang tidak lengkap jika kita tidak mengenal yang akan saya bahas yaitu, wali.
Wali adalah satu golongan orang yang luar biasa. Luar biasa disini berarti bahwa orang tersebut tidak seperti layaknya orang biasa. Mereka adalah orang yang dekat dengan Allah sebagai tuhan mereka. Mereka telah dipilih Tuhan dan sekaligus dikasihiNya. Sehingga tidaklah aneh jika konon doa dan permintaan seorang wali itu pasti dikabulkan dibanding dengan orang biasa.
Dalam kehidupan keseharian ia berada ditengah masyarakat tapi sulit ditebak. Kadang ia membaur ditengah masyarakat atau menyendiri sesuai apa yang dikehendaki. Baginya gemerlapnya kehidupan duniawi itu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan gemerlap kebahagiaannya didepan Tuhan. Ia bisa mengatakannya karena ia sering ada disana dan disediakan tempat.
Begitulah dia memandang gemerlapnya dunia yang fana, oleh karena itu jarang kita jumpai ia berada di sana. Ia lebih memilih hidup yang sangat bersahaja dan tidak jarang mereka memilih penampilan hidup dari kesing strata sosial yang paling rendah, bahkan tidak jarang ia dipandang gelandangan oleh orang awam yang melihatnya.
Kalau ia mau, ia bisa meminta uang sekarung dihari itu juga tanpa orang lain melihatnya, lalu membeli rumah dan mobil mewah.
Jangankan melakukan hal itu, bahkan tak jarang dalam kesehariannya ia memilih mengenakan
pakaian yang jelek dan compang camping sampa orang yang melihat mengira dirinya adalah orang gila.
Bagaimana orang bisa percaya, bahwa dia adalah waliyullah, disamping tampangnya yang gembel, ditambah lagi orang tersebut tidak pernah terlihat melakukan sholat. Bagaimana kekasih Tuhan tidak melakukan ibadah sebagaimana diwajibkan kepada umatnya? pikirnya.
Ini memang hal yang benar-benar bertentangan dengan sari'at agama Islam, dan dari hal inilah sisi unik dan misteri yang menarik untuk dibahas dari seorang wali, apakah ini sebuah kesalahpahaman atau yang bertanyalah yang tidak paham? Untuk lebih dalam lagi, marilah kita lanjutkan kisah ini.
Suatu saat, ada seorang alim yang menegurnya, bermaksud mengajaknya dalam kebaikan, yaitu melakukan sholat. Kebetulan orang alim tersebut hendak bepergian jauh. Iapun tidak sempat tahu ajakannya diindahkan atau tidak karena keburu ia harus berangkat.
Di tengah perjalanan, tibalah waktu sholat. Si orang alim itupun mencari sebuah masjid agar dapat sholat berjamaah. Setelah cukup lama mencari, ditemuilah sebuah masjid besar dan megah. Ia senang sekali dapat bejamaah dimasjid yang besar nan megah itu, pasti ibadahnya akan lebih afdhol dengan tempat yang lebih baik itu, pikirnya.
Orang alim itupun masuk. Beruntung belum ketinggalan meskipun ma'mumnya sudah penuh, khomatnya baru dibacakanAcara sholat berjamaahpun berlangsung dengan penuh kidmat dan
khusuk.
Selesai acara sholat, ia tidak langsung pergi, terbesit pikiran untuk bersilaturahmi dengan imam dimasjid tersebut, ketika ma'mum-ma'mum berhamburan keluar ia memilih tinggal beberapa saat menunggu imam beranjak untuk kemudian menemuinya berjabat tangan sekaligus bersilaturahmi meminta berkah. Ia yakin imam tersebut bukan imam main-main, dilihat dari kefashihan dalam membaca do'a dan kharisma yang dipancarkan ia benar-benar merasakan getaran kuat adanya sebuah kebesaran tersimpan disana.
Imampun beranjak. Dengan buru-buru orang alim itu menghampiri imam tersebut dan langsung mengulurkan tangan.
Tapi, apa yang terjadi? orang alim itu terkejut ketika bertatapan dengan sang imam tersebut. Sulit untuk dipercaya, jika orang yang berada didepannya tidak lain adalah gelandangan yang ia temui menjelang kepergiannya beberapa saat yang lalu. Yang membedakan hanya penampilannya. Pakaian yang dikenakannya sangat bersih dan harum baunya. Gerak geriknya sangat berwibawa, nampak sekali semua jamaah dimasjid itu hormat kepadanya.
Si alim itu mempererat jabatannya, mencium tangannya dan bertekuk lutut didepan imam itu. Baginya tidak ada keberuntungan yang melebihi keberuntungan dihari itu, karena Tuhan akhirnya mempertemukannya dengan seorang waliNya, dimana kejadian tersebut ditunjukan pada orang-orang tertentu saja sesuai yang Tuhan kehendaki.
Bagi kalangan para mu'alim untuk mendapatkan kesempatan bertemu dengan seorang wali saja merupakan sebuah anugrah yang luar biasa, apalagi sampai mendapatkan berkahnya. Mencermati apa yang terjadi pada pengalaman si orang alim tersebut membuktikan bahwa apa yang dilihat dengan mata telanjang kehidupan seorang wali tidak selamanya bentuk dari kehidupan realnya.
Barangkali ini wali-wali dijaman sekarang mengkamuflasekan dirinya. Mereka ada tapi tak banyak yang tahu keberadaannya. Mungkin jauh, mungkin juga didekat anda.
Lalu, apa ada ciri-ciri yang pasti untuk dapat menandai bahwa seseorang itu adalah wali atau bukan?
Pertanyaan yang bagus, hanya saja jawabannya adalah tidak ada seorangpun yang bisa menjawab, karena konon yang dapat mengetahui seseorang wali itu hanyalah wali.
Pernah ada kebocoran tentang beberapa ciri seorang wali, diantaranya adalah dalam kehidupan sosial dia cenderung menyulayani adat (menyelenceng dari adat-istiadat yang ada), akan tetapi orang biasa juga banyak yang berkelakuan sama.
Untuk apa para wali di turunkan didunia ini?
Yang tahu untuk apa wali-wali dipilih di dunia ini hanyalah Allah sendiri, tapi apa yang dilakukan dapat dilihat dari peninggalannya.
Sekitar 4 ratus tahun yang lalu, 9 wali muncul ditanah Jawa, ketika itu penduduk Jawa masih beragama hindu dan budha. Dari 9 wali itulah pencerahan dihembuskan, hingga sekarang mayoritas penduduk dipulau Jawa telah memeluk Islam.
Jelaslah sudah, apa yang wali-wali lakukan didunia ini adalah demikian sederhana, yaitu beribadah. Sebagai manusia yang diberi pencerahan akan hakikat hidup dan mati sebagai makhluk di hadapan sang khalik, membuat hidupnya dihabiskan untuk digunakan dijalan sang pencipta semata tanpa mengurangi sifat kemanusiaannya.