Apapun alasannya, tidak ada didunia ini orang yang tidak ingin kaya. Kaya yang dimaksud disini adalah kaya dalam arti sesungguhnya, bukan lelucon, seperti, kaya penyakit, kaya monyet dan lain-lain. Kaya disini adalah kaya dalam arti mempunyai kekayaan dalam bentuk apa saja yang membuat orang tersebut mampu memiliki apa yang diinginkan, baik dengan membeli atau menukar dengan barang atau barter.
Anak kecil juga tahu apa itu orang kaya, yaitu orang kaya yang identik banyak harta dan banyak duit. Benar sekali. Orang kaya dapat menjual hartanya menjadi duit dan dapat membeli harta dengan duit. Keduanya, baik harta dan duit adalah yang dipunyai oleh orang kaya.
Masalahnya adalah bagaimana untuk menjadi kaya itu. Kaya yang diimpikan semua orang akan tetap menjadi sebatas impian, jika hanya diimpikan. Mereka yang hanya bermimpi menjadi kaya itu adalah orang yang tidak tahu caranya menjadi kaya. Bodoh sekali jika mereka berbuat begitu. Orang seperti itu butuh pencerahan dan bimbingan agar tahu caranya terlepas dari jerat itu.
Caranya bagaimana?
Caranya mudah. Berusaha. Apa saja usahanya, karena disini yang penting adalah berusaha dengan cara yang tepat, juga tidak boleh menghalalkan segala cara, harus dilakukan dengan halal tidak boleh haram mel. Akan tetapi dengan sadulito mel-mel. Sadulito = Walaupun sedikit, mel-mel = makanlah dengan semangat, timbulah keiritan, hemat pangkal kaya.
BERKAH
Ada orang yang jungkir balik berusaha. Penghasilan yang diraih juga besar. Namun dalam praktek kehidupannya mereka selalu kekurangan. Penghasilan yang besar seakan tidak pernah mencukupi kebutuhan, selalu ada saja yang membuat uang habis dengan hal-hal yang tidak jelas.
Ada orang yang berpenghasilan kecil, mempunyai usaha yang kecil, namun dalam praktek kehidupannya, orang tersebut senantiasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika dilihat dari jenis usahannya, nampak tidak masuk akal, jika orang tersebut mampu melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang berpenghasilan besar.
Begitulah , saat tangan Tuhan ikut campur diatas nasib manusia. Apa saja bisa terjadi, bahkan yang tidak masuk akal sekalipun.
Itulah yang namanya keberkahan. Harta yang bekah selalu dapat membawa manfaat, ketenangan dan kedamaian bagi pemiliknya, dimana orang akan sampai pada titik tujuan hidup, yaitu kebahagiaan.
Harta yang tidak berkah, meski jumlahnya sangat besar, masalah yang dihadapinya juga lebih besar, ia tidak mampu membawa tujuan pemiliknya. Kekayaan seakan hanyalah nama, bukan kedamaian, ketenangan, yang mengerucut pada sebuah kebahagiaan, untuk apa berlabel orang kaya, tapi hati menderita.
Seperti tulisan ini yang saya beri judul, "Modal Sepuluh Ribu Rupiah Orang Itu Menjadi Kaya".
Ini kisah seorang anak desa yang lugu tapi memiliki keuletan berusaha yang luar biasa. Sehingga terkandung inspirasi yang menjadi bahan renungan bagi kita yang kadang tak sengaja merasa hebat.
Usaha yang dilakukan adalah usaha yang sehat dan halal, bukan kejutan pasang togel dan juga bukan kejutan hadiah dor price.
Begini, cerita lengkapnya, Darwin (bukan nama aslinya), nama aslinya tak mau disebutkan, malu, katanya. Darwin punya uang sepuluh ribu rupiah. Terbesit pikiran, kalau-kalau uang sepuluh ribu itu tidak dipakai buat jajan yang dalam hitungan detik lenyap ditelan, tetapi supaya uang dengan nilai yang sangat kecil itu berkembang.
Darwin memutar otak sebentar dan akhirnya mendapat ide membeli anak ayam (pitik). Dengan dibelikannya pitik, berarti uang tersebut masih ada hanya berubah menjadi pitik yang dipelihara dengan baik.
Dengan penuh kasih sayang dipeliharanya pitik tersebut hingga tumbuh semakin besar dan dewasa menjadi ayam yang bagus.
Dari ayam yang bagus karena dipelihara dengan baik itu, Darwin menjualnya dengan harga yang lumayan tinggi dibanding dengan ayam milik orang lain seusianya.
Lagi-lagi uang hasil penjualan ayam itu tidak dipakai untuk membeli barang konsumtif yang hanya dapat dipakai dan lama-lama rusak lalu dibuang. Ia masih sempat berpikir pengembangan selanjutnya . Lalu ia menemukan ide jika uang hasil menjual ayam itu dibelikan kambing. Sebagus apapun ayam, hasil penjualannya tidak akan sampai untuk membeli seekor kambing.
Ia berpikir mundur kebelakang, tak cukup membeli kambing, ia dapat membeli cempe (anak kambing). Hasil penjualalan ayam yang bagus itu baru cukup untuk membeli anak kambing, walaupun anak kambing yang berhasil dibeli itu anak kambing yang masih sangat kecil, bahkan masih menyusu. Tapi karena induknya mati, maka pemilik cempe harus menjualnya.
Anak kambing yatim piatu yang ditinggal mati induknya itupun disusui oleh Darwin dengan cara didot dengan susu segar yang dibeli dari kambing perah tetangga.
Dengan rajinnya ia memberi susu anak kambing itu hingga cempe kecil itupun tumbuh menjadi besar, dewasa dan menjadi kambing. Karena rajinnya merawat dan memberi makan, kambing yang dihasilkan itupun tidak kalah bagusnya dengan kambing lain yang masa kecilnya disusui oleh induknya.
Sampai pada tahap penjualan, kambingpun dijual. Nominal uang yang didapat cukup besar. Otak ulet tidak berhenti sampai disitu saja, hingga iapun terus mampu menemukan ide bagaimana membelanjakan uang itu untuk tetap terus berkembang. Akhirnya diputuskannya uang tersebut membeli pedet (anak sapi).
Roda terus berputar. Anak sapi itupun terus dalam pertumbuhannya yang akhirnya tumbuh menjadi sapi betina yang siap beranak setelah dikawinkan dengan pejantan hasil pinjam dari tetangga.
Keberuntungan masih berpihak kepada Darwin dengan lahirnya dua anak sapi yang lucu dari sapi betina yang dia miliki.
Dengan begitu dia mempunyai 3 ekor sapi, sepasang calon jantan dan betina, satu yang lain induknya.
Seakan semua itu adalah awal dari kesuksesannya. Dengan keuletan yang dimiliki, kegiatan itu terus berlanjut, hinggga kini dia menjadi seorang peternak sapi yang paling top didaerah tempat dia tinggal, iapun menjadi orang kaya.
Begitulah kisah seorang yang hanya mempunyai uang sepuluh ribu rupiah, namun berani bermimpi. Keberanian bermimpi justru membuat dia tidak bisa tidur untuk bertanggung jawab dengan mimpinya tersebut, sehingga mimpi itu menjadi sebuah kenyataan.