Mungkin itu benar, akan tetapi, untuk ada disana teman perlu tamat dulu dijenjang sekolah tinggi, jika tidak, teman tidak akan bertahan lama karena yang teman hadapi orang-orang super intelek dan penjahat kerah putih yang tak bersenjata tapi mematikan. Mereka orang-orang pintar yang pinter berargumen dan bisa berbahasa Inggris. Dan teman juga harus pandai ngomong itu dan ini dengan tingkat intelektualitas yang tinggi. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang berpendidikan dan pengalaman yang banyak.
Kalau nggak, teman hanya bisa menjadi ofice boy yang kerjanya cuma disuruh kesana kemari oleh orang yang ada di ofice untuk kepentingan mereka sendiri, seperti menyediakan kopi, moto kopi dan kopi-kopi yang lain sampai teman sendiri tak sempat ngopi dan gajinya setelah sebulan cuma cukup untuk beli kopi. Ironis, tapi bagaimana lagi, teman cuma tamatan SMP, golongan gaji juga yang terendah dari semua pegawai yang ada di kantor itu.
Cari uang sebanyak banyaknya, gantungkan harapan setinggi langit. Biar kalau jatuh, masih nyangkut diantara bintang-bintang. Apapun yang harus dilakukan, ya, teman-teman.
Kalau hanya uang banyak itu tidak selalu tentang sekolah tinggi seperti yang teman mungkin bayangkan selama ini, itulah yang membuat teman minder untuk melangkah.
Banyak jalan menuju Rhoma. Pepatah lama yang berarti banyak cara untuk mencapai apa yang kita inginkan. Cara-cara tidak mengenal fakta dan tahta. Yang dia kenal justru kegigihan, sehingga dari kegigihan itu terciptalah kesempatan, lalu datanglah nasib dan takdir rizki itu sendiri. Siapapun orangnya.
Aku mendapatkan contoh yang nyata, tidak jauh, temanku sendiri. Dia cuma lulusan SMP, namanya Pak Ramad, Yang aku tahu, dia setiap hari lebih banyak sarungan, dirumah maupun keluar rumah, bahkan ke supermarket. Sebagai orang kampung, sarungan memang hal biasa-biasa saja, mungkin pakai celana ribet, pakai sarung lebih praktis, apalagi saat waktu sholat lebih siap karena sarung sudah membungkus badannya, sebagai pakaian syarat menutup auratnya.
Orang lain lebih banyak memakai celana dalam aktifitas sehari-hari, mencari nafkah dengan bekerja, berdagang dan lain-lain, nampak sekali akan kesibukan yang dijalankan. Bagi orang kampung melihatnya adalah pemandangan yang paling indah.
Melihat orang kadar kodor sarungan kaya orang kondor, apalagi dipagi menjelang siang dimana orang kebanyakan sedang mandi keringat bekerja demi menghasilkan rupiah untuk memenuhi kebutuhan, sungguh hal yang bikin mata sepet (tidak nyaman).
Namun mata yang terasa sepet memandangnya mendadak membelalak ketika orang bersarung yang selama beberapa waktu kelihatan suram mendadak menjadi indah dan mengagumkan. Semua itu lantaran Pak Ramad tiba-tiba membeli mobil, tanah dan barang barang lain yang semua berharga mahal.
Seribu tanya dan prasangka terlontar dari mulut mereka. Bagaimana orang yang selama ini kelihatan layaknya pengangguran tiba-tiba melakukan hal yang sungguh diluar dugaan.
Termasuk aku, bedanya aku dapat bertanya langsung tanpa takut dia tersinggung karena dia sohib dekatku.
Seketika itu aku perlu mengetahui dari mana sumber uang yang dia peroleh, bukan sirik, tapi aku bermaksud menolong temanku yang baik itu agar tidak terjadi kesalah pahaman. Apalagi watak masarakat dikampung saat melihat orang mendadak banyak duit, sedangkan dalam gerak hidup sehari-hari sama sekali tidak menampakan aktifitas usaha yang jelas.
Orangpun sudah mulai kasak kusuk, ada yang mengatakan Pak Ramad memelihara tuyul, dibumbui dengan banyak orang kehilangan uang dirumahnya, belum lagi ada tetangga yang mati mendadak, dikatakan orang tersebut dijadikan tumbal olehnya karena melakukan pesugihan.
Yah, hidup dikampung memang begitu, sob, kepercayaan mistis selalu menghantui, salah-salah orang benar didemo hanya karena tiba-tiba banyak duit, hanya lantaran tetangga tidak segera dikasih tahu darimana asalnya dengan jelas dan segamblang mungkin. Belum lagi yang iri dengki, hal yang baikpun akan berusaha difitnah agar jatuh.
Akan tetapi, aku berhasil juga mempertanyakan semuanya. Diluar dugaan, tanpa ragu Pak Ramad menunjukan kepadaku sekarung duwit dengan jelas masing- masing terikat rapi dalam bendelannnya.
"Gila!" seruku dalam batin heran. Seketika itu aku iseng memintanya, tidak banyak kata diapun memberikan beberapa kepadaku, kurang banyak, akupun minta nambah, kali ini dengan catatan hutang, lagi-lagi diapun memberikan hutang itu tanpa ragu.
Tapi tetap saja aku mendesak bagaimana temanku itu mendapatkan semua itu, sedangkan dia tiap hari cuma sarungan doang. Karena aku sohib baik, diapun membeberkan perihal uang karungan yang ia peroleh dengan sarungan tersebut.
Singkat cerita, dari beberan yang dituturkannya, selama ini diam-diam dia sibuk dengan dunia barunya yaitu dunia online. Dia telah menjual jutaan barang didunia dengan laris manis dibawah bendera e-comerse yang ia pelajari secara outodidak di internet, dari blog-blog, youtube dan pembelajaran lainnya tentang internet marketing online tingkat dunia yang sama sekali tidak menarik bagi tetangga sekampungnya. Dengan modal satu laptop dan sejumlah modal dia mengawali usahanya dengan tekun.
Dalam melakukan pekerjaannya, dia hanya terlihat orang malas sarungan yang melihat-lihat laptop seharian tidak mengenal waktu, istirahat hanya saat makan saja. Kadang juga tidak sempat mandi, rambut kusut acak-acakan. Ia baru mandi dan rapi saat mengambil duit di bank, lalu membayar apa yang ia ingin beli dengan harga tinggi.
Ketika apa yang dilakukan belum mendapatkan hasil, istrinya juga ikut-ikutan sensi dengan apa yang dilakukan. Istrinya sering marah, ia menganggap dia tidak lebih dari anak tetangga kebanyakan yang kerjaannya main game dan sama sekali tidak berguna.
Sebelum akhirnya, senyum mengembang dibibirnya melihat uang sekarung. Wanita mana?