Dari berapa juta spesies burung didunia ini, jika anda mau sependapat dengan saya, bahwa burung yang paling legendaris didunia adalah burung Kutilang. Mereka adalah burung berkicau yang tidak kalah merdunya dibandingkan burung kicau lain. Mereka tersebar dimana-mana di seluruh penjuru dunia, namun mereka tetap sederhana dan tidak mahal. Mereka ada di kebun dipagi yang cerah menemani Bapak Tani yang sedang bekerja dengan kicauannya.
Mereka sumber inspirasi pertama tentang nyanyian burung. Kicaunya yang merdu sempat menggugah sang musisi yang tidak diketahui namanya untuk menggubah sebuah lagu entah berapa tahun silam. Dalam lagu gubahannya musisi tersebut memilih bercerita tentang Burung Kutilang sebagai liriknya, kenapa tidak burung lain yang lebih bagus dan mahal?
Lagu Burung Kutilang
Coba, siapa yang belum pernah mendengar lagu ini, Satu-satunya lagu yang sangat legendaris, karena legendnya, ia telah menjadi lagu rakyat yang tidak diketahui siapa penciptanya.
Di pucuk pohon cempaka,
burung kutilang berbunyi,
bersiul siul sepanjang hari dengan tak jemu jemu,
mengangguk angguk sambil berseru trilili lili lilili ................
Sambil berlompat lompatan,
paruhnya slalu terbuka,
digeleng gelengkan kepalanya menentang langit biru,
tandanya ia suka berseru trilili lili lilili.................
Sejak kapan lagu tersebut beredar, coba tanya pada kakek, jika kakek sadar pada detik pertama menjadi anak-anak sudah mendengar lagu itu begitu saja hingga kini.
Teringat masa kecil dulu, ayah menyelamatkan anaknya dengan mengambilnya disarang, dibawa ke rumah dan melolohnya hingga tumbuh besar. Ia menjadi binatang yang jinak, saat terbang jauh bermain, sore hari pulang. Satu-satunya burung piaraan telah menjadi bagian dalam keluarga.
Cucak Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Orang Sunda menyebutnya cangkurileung, orang Jawa menamainya ketilang atau genthilang, mengikuti bunyi suaranya yang khas.
Dari Wikipedia, Kutilang mempunyai nama ilmiah: Pycnonotus aurigaster, dari Kingdom: Animaliaung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging (di muka ekor) tampak jelas berwarna putih, serta penutup pantat berwarna jingga. Iris mata berwarna merah, paruh dan kaki hitam.
Dari daerah jelajahnya, Cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halaman-halaman rumah di perkotaan.
Burung kutilang acapkali berkelompok, baik ketika mencari makanan maupun bertengger dengan jenisnya sendiri atau bahkan dengan jenis burung yang lain.
Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang lunak. Burung ini juga sering menguntungkan petani karena kesukaannya memangsa pelbagai jenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman.
Kelompok burung ini acap terbang dengan ribut, berbunyi nyaring cuk, cuk, ..tuit,tuit! ; atau bersiul berirama yang terdengar seperti ke-ti-lang.. ke-ti-lang.. berulang-ulang di atas tenggerannya.
Burung Kutilang memiliki kebiasaan untuk berjemur dan mandi embun setiap pagi, hal ini berguna untuk menjaga bulunya terus berminyak. Minyak ini berasal dari bagian belakang dekat ujung ekornya yang berhubungan dengan badan. Burung Kutilang juga memiliki kebiasaan menaikan jambulnya bila senang maupun ingin buang air besar.
Burung Kutilangpun memiliki masa "Mabung" yaitu saat dimana bulu yang lama rontok dan berganti bulu yang baru. Di saat Mabung burung Kutilang akan cenderung lebih diam baik secara suara maupun gerakan.
Sarang cucak kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting yang halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember, dengan puncaknya April sampai September.
Kutilang. Burung pertama aku mengenal satwa. Saksi hidup indahnya masa kecil. Gemuruh suara angin dikebun kalbasiah dan gugurnya bunga petai. Dimana disana aku berlarian tanpa beban.
Burung Kutilang Kini
Dari jaman ke jaman, binatang burung tak pernah sepi digemari. Dari yang berharga ribuan hingga jutaan, bahkan milyaran. Seiring manusia mengembangkan kemampuannya dalam mempertahankan hidup, burung-burungpun terkena imbasnya. Sejak ditemukannya cara memikat burung yang lebih baik, populasinya kini berkurang dengan sangat drastis. Bahkan beberapa jenis burung nyaris mendekati kepunahan. Tapi semua itu tidak untuk burung ketilang. Burung ketilang masih tetap banyak dimana-mana.
Ada yang menarik dalam fenomena ini. Entah alasan apa para penggemar burung memandang burung ketilang dengan sebelah mata. Suara yang tidak kalah merdu, body juga tak kalah bagus, namun orang lebih memilih piara burung lain walau harganya jauh lebih mahal. Dampaknya, burung ketilang dibandrol harga yang sangat murah, sekarang harga burung ketilang lebih murah dari burung percit (pleci) dan ciplak (ciblek).
Karena murahnya harga dipasaran, para pemikat burung tidak terlalu bernafsu menangkap burung yang satu ini. Perlakuan itu membawa dampak populasi burung kutilang tidak mengkuatirkan, dapat dibilang ketika anda jalan-jalan didaerah perkebunan kicau burung ini masih dapat anda nikmati.
Berbeda dengan jenis burung berkicau lain yang semakin menipis jumlahnya, diantaranya bahkan ada yang mendekati kepada kepunahan. Dapat anda bayangkan, betapa sepi sudah alam ini andaikan tidak ada burung kutilang.
0 komentar:
Posting Komentar