Minggu, 19 Agustus 2018

7 Nasehat Kaum Lajang Mencari Jodoh




Mungkin nasehat ini tidak begitu berarti bagi orang yang mudah bergaul sehingga mempunyai banyak teman baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Bagi laki-laki, disamping banyak teman laki- laki, banyak juga teman atau kenalan perempuan dan sebaliknya bagi perempuan punya banyak teman perempuan, namun banyak juga teman laki-laki. Karena pergaulan yang baik, prosentase mendapatkan jodoh mungkin lebih mudah ditemukan.

Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang karena sesuatu hal, mereka merasa kesulitan mendapatkan jodoh?, padahal dari segi usia, materi, pendidikan dan lain-lain semua sudah siap. Dapat dimengerti jika hal itu menimbulkan kekewatiran, juga jika anda ingin menangis karena itu, menangislah, tapi sebatas untuk meluapkan beban dan bukan menjadi keputus asaan.

Agama mengatakan, bahwa mati, rizki dan jodoh adalah ketentuan Tuhan, tapi bukan berarti kita tak perlu mencarinya. Buktinya didunia ini juga sering ditemui, orang yang hidup melajang sampai orang tersebut menemui ajalnya tidak juga dapat kesempatan melakukan pernikahan. Anda pasti tidak ingin begitu, bukan?

Itu menunjukan bahwa semua itu memang perlu diupayakan, Allah berfirman, bahwa "Aku tak akan merubah nasib umatku, kalau mereka sendiri tak merubahnya".

Maka, usaha dalam kehidupan adalah mutlak. Hal itu juga berlaku dalam mencari jodoh.

Ada 7 nasihat yang saya berikan kepada para lajang, semoga dapat membantu memecahkan masalah dan tetaplah menjadi orang yang benar dan terhindar dari jalan sesat.

1. Tetap Semangat

Semangat mempersiapkan diri menjadi pribadi yang matang secara hati, yaitu siaplah menerima pasangan dengan segala konsekuensi. Siap dipimpin dan memimpin, siap diatur dan mengatur, siap mengalah atau mendominasi. Kesiapan batin untuk bisa sehati dan selaras dengan pasangan, menjadi poin penting, karena kita harus mampu meredam ego diri agar bisa berjalan sesuai apa yang kita harapkan dalam hidup berpasangan.

2. Carilah Dengan Hati, Bukan Dengan Nafsu

Mencari pasangan bukan hanya berdasarkan gaya penampilan, ketampanan dan nafsu belaka, tetapi jauh lebih baik adalah hati. Cantik atau tampan juga perlu jika masih dapat memilih, karena itu sebagai gairah cinta, tetapi akhlak yang baik lebih utama.
Semua itu agar kita tidak kecewa dan menyesal dibelakangnya.

Yang lebih baik lagi adalah dengan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah, jangan merasa yakin dengan pilihan kita sendiri sebelum minta petunjuk kepadaNya. Karena apa yang menurut hamba baik, belum tentu baik menurut Allah, sedangkan apa yang menurut hamba buruk belum tentu buruk menurut Allah. Hanya dialah Sang Mahatahu yang mengetahui semua hal yang hamba biasa tidak mengetahui.

3. Jangan Putus Asa

Kegagalan sesuatu bukanlah kegagalan dari segalanya. Bahkan, kegagalan ada hikhmah yang terkandung didalamnya, menjadi ujian untuk menjadi lebih baik dalam menuju langkah berikutnya. Air mata yang menetes,
tidaklah akan menjadi air mata yang sia-sia. Semua akan menjadi jawaban indah atas kerjakeras kita yang tanpa menyerah.

4. Terimalah Kekurangan

Mungkin selama ini kita memimpikan manusia sempurna dengan kriteria tertentu yang akan menjadi pendamping hidup. Namun demikian, kita juga harus menyadari bahwa, didunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, kita harus bersedia menerima kekurangan. Bukalah hati untuk memahami semua itu. Memahami kekurangan dan setelah itu berusaha untuk menutupinya.

Didiklah hati kita untuk mau menjadi hati untuk bisa bersanding dengan kekasih yang tidak sempurna, sebagaimana dia mau berbagi dengan ketidak sempurnaan kita.

5. Sukurilah Atas Apa Yang Ada

Sosok yang akan mendampingi kita adalah sosok terpilih karena kebagusan akhlaknya, keindahan tutur katanya, dan kemampuannya yang menjadikan kita tenang karena agamanya.

Proses pencarian yang lama yang menguras tenaga dan air mata. Maka syikurilah seseorang itu,  agar Allah menambah nikmat kepada kita, nikmat yang tak terhitung banyaknya.

Allah mengetahui apa yang hambaNya lakukan dengan ikhlas semata-mata tidak lepas dari keridloannya.

6. Jangan percaya ramalan

Banyak orang iseng mencari tahu siapa yang bakal menjadi jodohnga dengan dengan membaca horoskop, ramalan dan sejenisnya, padahal keisengan ini bisa membahayakan. Sekedar coba-coba saja sudah berdosa, apalagi sampai meyakininya, salah-salah dapat merusak akidah. Jodoh adalah termasuk perkara ghaib sampai seseorang telah menikah dengan jodohnya.

Bahkan sering ditemukan seseorang  sengaja mendatangi tukang ramal, yang sebenarnya mereka hanya bermodal tipuan saja dengan menebak-nebak tentang siapa kiranya yang menjadi jodoh seseorang. Lebih berbahaya lagi ada yang sepenuhnya percaya dan menganggap itu sebuah kebenaran yang mutlak. Kepercayaan seratus persen membuat seolah-olah peramal itulah yang menentukan nasib seseorang, padahal sama sekali tidak. Masa iya, jodoh orang yang menentukan seorang peramal, jodoh orang yang menentukan adalah Tuhan, karena Ialah yang menciptakannya.

7. Persiapan

Persiapan adalah faktor yang sangat penting untuk merealisasi sebuah pernikahan, hal ini juga terlepas dari sudah mempunyai calon pendamping atau belum. Karena tanpa persiapan dari segala aspek, proses apa saja pasti akan mendapatkan hambatan. Persiapan-persiapan tersebut meliputi,

a. Persiapan mental

Secara mental, sudah siap untuk meminang atau di pinang.

b. Persiapan Konseptual

Memahami lembaga pernikahan dengan baik, termasuk pemahaman akan hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Persiapan Spiritual

Niat menikah yang lurus dan benar semata-mata karena Allah.

d. Niat Pribadi

Siap memposisikan diri sebagai apa dan berlaku apa. Laki-laki harus siap menjadi imam dan wanita harus siap menjadi ma'mum dalam keluarga. Itu yang utama.

e. Persiapan Kesehatan

Berusahalah jadi orang sehat. Meminimalkan penyakit dan keluhan lain, agar pernikahan selalu sehat dan nyaman.

f. Persiapan Material

Siapkan materi untuk menunjang kebutuhan kehidupan berumah tangga. Setidaknya sudah punya penghasilan, kalau tidak dikatakan mapan. Hidup berkeluarga butuh materi agar dapat memenuhi kebutuhan. Kebutuhan hidup setelah berkeluarga akan meningkat dibanding masa lajang.

g. Persiapan Sosial

Siap bersosialisasi dengan masyarakat untuk bisa diterima ditengah mereka. Karena sangsi sosial terkadang tidak kalah pedih dari sangsi hukum itu sendiri.


Pustaka : Ya Allah Diakah Jodohku, Menjawab Tanya Hati Akan Sosok Yang Selalu Dinanti, Burhan Sodiq




0 komentar:

Posting Komentar