Dalam kenyataannya manusia mendambakan hidup bahagia. Tercukupi kebutuhan dan mendapatkan semua yang diinginkan dalam hidup. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, manusia perlu mencarinya. Apapun dilakukan, baik dengan bekerja, berdagang, bertani dan berbagai kegiatan yang menghasilkan uang sebagai bayarannya.
Uang adalah alat tukar menukar yang telah disahkan disetiap negara sebagai alat pembayaran. Dalam bentuk itu orang dapat menukar hasil dari kerjanya untuk digunakan membeli apa yang dibutuhkan dalam kehidupan. Tanpa benda yang satu ini orang tidak bisa membeli dan membayar dengan praktis.
Dijaman dahulu, jaman sebelum uang dibuat, manusia melakukan pembayaran dengan cara sistim barter, yaitu menukar barang dengan barang tertentu. Sekarang menukar, melakukan pembayaran, pemberian upah dan transaksi-transaksi lainnya tidak perlu susah-susah membawa barang, tapi semua cukup dilakukan dengan alat tukar yang bernama uang.
Suatu kali orang kepepet, sebuah keadaan bisa atau tidak bisa harus menyediakan uang dalam jumlah yang ditentukan disaat itu juga. Sesuatu harus dibayar. Sedangkan bersamaan dengan itu, seseorang kebetulan tidak memiliki simpanan. Tidak ada jalan lain untuk dapat membayar, satu-satunya jalan hanya dengan meminjam kepada orang lain dengan ketentuan harus mengembalikannya pada waktu yang telah ditentukan. Pinjaman tersebut dinamakan hutang. Hutang yang baik harus dibayar tepat pada waktunya. Jika tidak, orang yang memberi hutang akan marah dan terjadilah keributan. Semakin besar hutang, semakin besar juga bentuk keributannya. Tidak jarang orang saling bunuh membunuh karena hutang.
Orang berhutang karena orang tersebut tak ada uang. Karena terpaksa pada sebuah waktu dan keadaan dimana bisa tidak bisa orang tersebut harus membayar. Ini adalah sebuah kondisi yang sangat menyulitkan bagi sipenderita. Naudzubillahimindzalik,it's so sorry, mudah-mudahan hal ini tidak terjadi pada diri anda.
Anda sungguh beruntung, sebelum hal itu terjadi pada diri anda, apa yang sedang anda baca diartikel ini membuat anda menyadari bahwa hal itu bisa terjadi pada siapa dan kapan saja tidak memandang bulu.Oleh karena itu anda bisa mengambil ancang-ancang guna menghindarinya.
Hutang orang kecil mungkin dengan jumlah yang kecil, begitu juga hutang orang besar mungkin jumlahnya juga besar, akan tetapi sama saja rasa sakitnya bila hutang telah melilitnya. Sesak pada paru-paru dan jantung, karena mereka seperti ular piton, sekali melilit sulit dilepas. Apalagi tempat berhutang jatuh pada orang yang tidak tepat.
Untuk menghindari jerat ular piton itu, ada langkah-langkah yang dapat kita lakukan.5 langkah dibawah ini akan menuntun anda agar terhindar dari lilitan hutang.
1. Lebih Dulu Menyadari
Lebih awal menyadari bahwa jika kurang hati-hati orang dapat mengalami musibah dililit hutang adalah hal yang sangat penting.Lebih-lebih itu bisa terjadi pada diri. Kita tidak tahu apa yang terjadi di depan kita, maka dari itu saat kita mendapat rejeki lebih, janganlah lupa menyisihkan sebagian untuk ditabung, sukur-sukur rejeki lebih itu terjadi setiap hari, itu lebih baik.
Sebanyak apapun uang yang kita dapat, saat dibelanjakan tak sadar akan habis, begitu juga sebaliknya, sedikit apapun uang yang kita dapat, dengan rajin menabung, tak terasa tahu-tahu uang sudah menumpuk.
Kesadaran itu sangat penting, karena saat kita mendapat rejeki yang lebih dan keadaan sedang baik-baik saja, kita akan buta melihat ke depan seolah-olah tidak akan terjadi apa-apa di masa depan, setelah musibah datang baru kita menyesal.
2. Membuat Gunung Daripada Lembah
Dalam kehidupan perekonomian, berusahalah untuk membuat gunung daripada membuat lembah, buatlah gundukan daripada lubang, apalagi gali lobang tutup lobang. Untuk membuat gundukan,anda tidak perlu menumpuk uang sampai membentuk sebuah gunung dalam rumah, cukup dengan mengamalkan falsafah, "Jangan besar pasak daripada tiang". Hitung saja, jika penghasilan setiap hari Rp 70.000, dan belanja setiap hari Rp 90.000, darimana Rp 20.000 untuk menutupi kekurangan itu?
Coba kita mengekang diri sedikit, hasil Rp 70.000, belanja Rp 60.000, ada sisa Rp 10.000 setiap hari.
Mental itu terus dipupuk hingga membentuk sebuah kebiasaan. Jika sebuah kebiasaan itu sulit untuk dihentikan, bagaimana dengan kebiasaan baik, baik, bukan?
3. Hutang Yang Terkontrol
Untuk tidak mempunyai hutang adalah dengan tidak mengajukan hutang, itu rumus yang paten. Tetapi yang namanya manusia tidak mungkin untuk tidak mempunyai hutang sama sekali. Sedikitnya manusia pasti akan mengalami. Boleh saja terpaksa anda berhutang, asalkan hutang yang terkontrol. Setidaknya setengah dari penghasilan anda dalam setiap bulan dapat untuk mengangsur cicilan. Dengan setengah dari penghasilan, anda masih bisa hidup dengan lebih mengurangi pemborosan.
Coba periksa lebih teliti, pasti ada barang yang biasa anda beli, tapi sebetulnya barang tersebut tidak begitu penting bagi anda. Stop dan alihkan sementara kepada hal-hal yang paling penting, setidaknya selama anda punya pinjaman.
Untuk mengontrol bahaya lainnya, perhitungkan baik-baik kepada siapa dan instansi mana anda berhutang. Sekarang begitu banyak berbagai bentuk penawaran hutang. Hanya karena iming-iming kemudahan persaratan, membuat anda langsung saja tertarik tanpa melihat prosedur pengembalian, sehingga anda harus membayar bunga yang sangat besar, anda terjebak pada kreditor yang tak punya kebijaksanaan, preman colektor yang galak dan para peminjam yang orentasinya pada keuntungan komersial semata. Sebelum anda terjebak, sedikit ribet dengan membuat sarat-sarat diajukan pada bank resmi akan lebih baik dibanding dengan rentenir.
Didunia ini masih ada orang yang tulus, yang meminjamkan uang dengan maksud menolong, tentunya proses pengembalian hutangpun tidak terlalu saklek dan ada kebijaksanaan. Biasanya orang seperti itu tidak akan mematok bunga yang terlalu tinggi, bahkan tidak meminta bunga sama sekali.
Rasa yang tidak tertekan akan menghindari anda dari stres dan akan tetap fresh dalam mengusahakan uang sebagai bahan untuk membayar kembali.
4. Hutang dan Tabungan
Gunanya tabungan adalah jika suatu hari diperlukan uang untuk membayar sesuatu, tabungann bisa dipecah dan uangnya digunakan.
Tapi, tak jarang orang yang punya tabungan mengajukan pinjaman hutang. Survey dari pihak bank berjalan mulus, karena pemohon diketahui punya tabungan, dengan catatan jika ada masalah dengan angsuran, pihak bank dapat mengambilnya dari tabungan.
Pemohon tidak memperhitungkan jika bunga yang harus dibayar dari pinjaman lebih besar bila dibanding bunga dari tabungan yang dimiliki. Secara tidak langsung waktu demi waktu yang berlalu pinjaman yang dilakukan hanyalah alat yang menggerogoti uang yang sudah ada di dalam tabungan. Kenapa tidak diambil saja tabungan daripada mengajukan hutang, ujung-ujungnya tabungan tidak cukup untuk membayar hutang. Yang bodoh siapa?
5. Jangan merasa puas
Uang tidak ada batasnya untuk digunakan. Dalam menyimpan uang, sebesar apapun jumlahnya jangan pernah puas. Jika sudah merasa puas dan berhenti,lalu hanya sebanyak itu yang dapat dimiliki, sedangkan kita tidak tahu berapa banyak kebutuhan yang akan dihadapi. Pepatah mengatakan, " Gantungkanlah rencana setinggi langit, saat kita jatuh kita masih menggantung diantara bintang-bintang". Begitu pula dalam mengumpulkan harta benda, kumpulkanlah sebanyak banyaknya, hingga saat harus digunakan dalam jumlah besar sekalipun masih ada tersisa.
6. Konsisten
Konsistenlah dalam kehidupan. Manusia hidup harus makan, harus berpakaian dan harus hiburan. Hampir semua itu membutuhkan uang, uang harus dicari. Logikanya, mencari uang tidak boleh berhenti seperti halnya makan yang tidak mungkin berhenti. Berusahalah apa saja jangan pernah berhenti selama napas ini juga belum berhenti. Berhenti satu hari saja berarti menggali lobang dan kerja dilain hari untuk menutupnya, itu ibarat kasarnya, lebih manis, anda berusaha satu hari bisa buat makan satu minggu dan hari berikutnya tetap bekerja, ibarat anda tidak lagi menggali lobang, tapi membuat gundukan, itu yang sebetulnya diharapkan didalam menghindar dari lilitan hutang.
Kesimpulan
Kesimpulan dari peristiwa ini adalah, orang hidup perlu simpanan uang sebanyak-banyaknya, sehingga saat butuh secara mendadak tidak bingung. Baik dihindari atau tidak dihindari jika tidak ada persediaan uang, maka kita akan terlibat dunia hutang yang bila tidak mampu membayar akan menimbulkan masalah dalam hidup dan hidup jadi tidak tenang dan tidak bahagia.
Hidup yang sementara tidak bisa sia-sia begitu saja. Jika masih bisa diusahakan kenapa tidak di lakukan hanya karena semata-mata tidak mengetahui caranya.
Hidup adalah pilihan, bahagia atau derita. Tidak boleh terjadi, jika hidup selalu dililit hutang dan tidak lepas-lepas dalam waktu yang lama, apalagi tidak mendapatkan solusi sama sekali. Tidak ada salahnya kalau saya ikut andil dalam memberikan gambaran barangkali bisa berguna dalam mengatasi masalah. Jika pembaca ada yang mempunyai cara lebih jos lagi, bolehlah sudi berbagi.