Jangan salahkan seluruhnya pada pasangan anda yang selingkuh. Pasangan suami istri atau pasangan yang baru taraf menjalin hubungan (pacaran). Kita harus menyadari bahwa semua terjadi tidak terlepas dari konsekuensi diri kita sendiri juga.
Memang sangat menyakitkan, jika orang yang kita cintai, terlebih lagi sudah
menjadi suami istri, tiba-tiba didapati menjalin hubungan cinta dengan orang lain, dengan kata lain, selingkuh.
Kata sepakat yang diikrarkan akan janji setia sehidup semati bersama di dalam suka maupun duka sampai diakhir masa. Sumpah janji didepan penghulu, beribu pengharapan dan doa-doa, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah.
Keputusan cinta serta tekad yang sudah bulat antara dua anak manusia dalam menjalani kodratnya mengarungi bahtera rumah tangga demi menggapai bahagia dan melanjutkan keturunan demi penerus perjuangan. Sungguh begitu mulia harapan cinta dalam kehidupan. Cinta, oh , cinta !
Tapi kenapa pengkhianatan, perselingkuhan dan perpisahan itu harus ada?, Sungguh, sebuah kenyataan yang sangat memilukan bagi siapa yang mengalaminya.
Hubungan yang terjadi, semua diawali dari cinta yang saling berbagi dan keputusan untuk menjalani hidup bersama tanpa ada sedikitpun paksaan. Semua telah didalami bahwa satu kebutuhan mendasar bagi sebuah hubungan adalah cinta, tapi kenyataannya, cinta saja itu tidak cukup.
Ternyata masih begitu banyak faktor-faktor lain yang harus mendukung untuk tegaknya sebuah cinta itu sendiri, yang mana jika hal itu tidak dipenuhi, maka dipastikan "cinta" pun akan roboh dan hancur berkeping-keping, bahkan cinta sejati sekalipun.
Bicara soal cinta sejati, tidak ada yang dapat membuktikan seperti apa cinta sejati?, bahkan definisi cinta sejati itu sendiri. Wiliem shakespier dengan karya besar novelnya tentang cinta tidak pernah mengatakan bahwa kisah cinta "Romeo Dan Yuliet" itu gambaran dari cinta sejati. Tidak juga ada yang tahu kenapa ia menggambarkan akhir dari cerita tersebut dengan "Sad Ending".
Cinta dan kesetiaan ada ditengah-tengah kehangatan yang menopangnya. Cinta butuh kehangatan, cinta butuh keamanan, cinta butuh kenyamanan.
Dalam sebuah hubungan memang berangkat dari cinta, tapi kenapa ditengah jalan seseorang harus meninggalkannya? jika sebuah pernikahan mengartikan bahwa pasangan itu sudah menjadi jodohnya, kenapa perceraian itu ada? Jika tidak ada jodoh, kenapa seseorang ditakdirkan melakukan pernikahan? Mungkin, hanya Tuhan yang tahu.
Sesuai dengan kodratnya, perempuan dinikahi laki-laki dan Laki-laki sebagai suami berkewajiban menafkahi istri dan anak yang dilahirkannya. Bagaimana jika pada prakteknya suami tidak mampu melakukan kewajibannya dan istripun akhirnya lelah. Hilanglah kehangatan, kenyamanan dan keamanan. Sementara ada laki-laki lain yang menawarkan semua itu, awalnya memang menolak, karena berdosa meladeni orang lain, sementara ada suami, dimana tempat dia harus berbakti. Akan tetapi, istri hanyalah manusia biasa bukan malaikat atau nabi yang imannya tak tergoyahkan, tidak tahan dengan kedinginan, ketidaknyamanan dan ketidak amanan yang semakin hari semakin menjerat dari fisik sampai jiwa.
Ahirnya ia mencoba menerima tawaran orang lain itu. Disana ternyata didapatkan semua yang dibutuhkan untuk bangkit dari keletihan dan mengisi jiwa yang kerontang . Dan dengan berat hati, perselingkuhanpun harus terjadi. Siapa yang salah?
Peristiwa diatas jelas membuktikan bahwa "cinta" tidak berdiri dengan atas nama cinta saja, cinta butuh penopang dari segala aspek material dan juga spiritual.
Bicara material adalah bicara tentang ekonomi. Ekonomi adalah "materi", bahasa gaulnya adalah "matre".
Dari sanalah muncul adanya istilah "Cewek Matre" Sebagian orang menge-judge (menghakimi) cewek matre itu cewek yang tidak baik, tetapi, tidak bagiku. Malah kita harus mewaspadai dengan cewek yang berani mengatakan "saya bukan cewek matre", itu munafik, maukah ia menikah dengan gelandangan?
Cewek yang melihat materi sebagai salah satu dari pertimbangannya dalam mencari pasangan hidup adalah hak, dialah cewek yang jujur pada kenyataan.
Dan jika terbukti wanita yang menjadi pasangan anda adalah wanita yang tidak baikpun kesalahan tetap saja pada diri anda. Kenapa sudah tahu bukan wanita baik-baik, tetap saja masih kau ambil juga?
Bagi laki-laki yang belum terlanjur jauh memutuskan mengambil anak orang sebagai pendamping hidup, akan lebih baik untuk memperhatikan aspek-aspek ini. Fokus saja mempererbaiki diri sendiri dan jadikanlah diri menjadi orang yang mapan baik material maupun spiritual. Setelah itu, kejarlah pasangan anda.
Bagi yang terlanjur ditinggalkan oleh pasangannya, ini sudah menjadi konsekuensi dari sebuah kesalahan, ini adalah karma dari sebuah ketidak matangan yang dibuat oleh diri anda sendiri. Lebih baik rasakan saja walaupun itu pahit. Tak ada cara yang terbaik kecuali dengan bersabar, gunakan waktu yang ada dengan introspeksi diri, karena dengan itu Tuhan akan menghampiri anda. Karena dalam firmannya Tuhan bersabda, bahwa Dia senantiasa berada bersama orang yang sabar.
Sudah menjadi konsekuensi yang harus kita terima, maka dengan itu, tidak ada alasan untuk dendam, apalagi pergi ke dukun untuk membalas rasa sakit dengan rasa sakit pula dan pada akhirnya, semua berantakan.
Selama kita dalam posisi yang sama, nasib yang akan kita dapat tidak akan jauh berbeda. Anda bisa saja berhasil menghukumnya dengan cara apapun juga, tapi , setelah anda berhasil mencari penggantinya, anda kembali masuk jurang yang sama, karena orang yang berhasil menjadi pengganti akhirnya akan meninggalkan anda juga.