Apa yang dimaksud berbisnis dengan Tuhan? Sebelum di jabarkan lebih panjang, terlebih dahulu bacalah sepenggal kisah dibawah ini.
Ada seorang laki-laki miskin masuk kesebuah toko pakaian. Pakaiannya yang compang camping menjadi perhatian orang yang berada di toko tersebut. Atau tepatnya mereka jijih dan berusaha menghindar untuk tidak berdekatan dengan orang tersebut, tapi tidak untuk si bapak pemilik toko.
Yusup Cheng pemilik toko tersebut menyambutnya dengan keramahan yang sama seperti penyambutan yang diberikan kepada pembeli lain. Meskipun penampilan laki-laki yang sedang menghampirinya itu sama sekali tidak menggambarkan orang yang berduit untuk membeli barang yang dijual yang rata-rata tidak murah. Namanya saja laki-laki miskin.
"Cari apa, pak?" tanya Yusuf Cheng.
"Cari selimut" jawab laki-laki itu.
Yusuf Cheng mengangguk. Belum sempat menjawab, laki-laki itu sudah menimpali " Yang bagus, ya"
"Tentu, aku punya dagangan selimut yang bagus, tebal dan sangat hangat tentunya" Yusuf Cheng mengambil barang yang dimaksud. Laki-laki itupun mengeceknya dan sangat cocok.
Belum diberitahu harganya, laki-laki itu memberikan uang Rp150.000 kepada penjual. Bukan hanya itu, laki-laki itu juga menyatakan perlu 3 buah selimut untuk istri, anak dan dirinya. Menjelang pancaroba sangat perlu untuk menjaga kesehatan keluarganya agar tetap hangat dan terlindung dari serangan penyakit.
Yusup Cheng dengan ramahnya spontan menjawab " Bapak tidak salah, untuk kali ini harga selimut bagus ini satunya Rp 50.000, jadi pas, kalau bapak ambil tiga".
Laki-laki miskin itu dengan girang membawa pulang selimut yang berhasil dibelinya tersebut.
Sepeninggalan laki-laki tersebut. Seorang laki-laki lain yang juga baru membeli selimut yang sama protes.
"Bukankah yang baru saja kau berikan kepada laki-laki itu selimut mahal, tadi aku membeli selimut yang sama seharga Rp 300.000 perlembarnya?"
Dengan senyum, pak Yusuf Cheng menjawab," Bersama anda aku sedang berbisnis dengan manusia, tapi, dengan laki-laki miskin itu aku sedang berbisnis dengan Tuhan".
Laki-laki itu bengong, tak mengerti apa maksud yang dikatakan Yusuf Cheng.
Harga selimut tersebut memang Rp 300.000, karena barangnya memang bagus. Sehubungan dengan laki-laki tersebut, Yusup Cheng mau memberikannya dengan cuma-cuma jika sekiranya tidak ada uang untuk membayar sekalipun. Dia dapat mengerti betapa perlunya selimut tersebut untuk keluarganya. Dia berniat bersodakoh kepadanya tanpa menurunkan harga dirinya didepan mata.
Dalam bisnis, manusia sibuk mengolah cara bagaimana memetik keuntungan. Dalam dagang, orang berpikir segala cara bagaimana dapat memperoleh laba. Segala kesibukan yang dilakukan manusia mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dalam memenuhi kebutuhan hidup, entah itu berbentuk uang, harta dan lain-lain, itulah yang namanya bisnis. Kata "bisnis" sendiri berasal dari bahasa Inggris "businnes" yang berarti=urusan. Tidak heran kalau orang bisnis itu selalu sibuk dengan urusan.
Seorang tokoh Islam ternama, Syaikh Muhammad Al-Mubarakfur mengatakan bahwa harta yang disedekahkan akan menjadi bertambah daripada berkurang. Bahkan Allah sendiri berfirman, " Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba' :39)
Banyak pengamat hidup menjelaskan, bahwa mereka tidak pernah mendapati seorangpun didunia ini yang menjadi miskin karena bersedekah. Dan bahkan sebaliknya, mereka yang dikaruniai harta berlimpah, tapi kikir dan pelit, pada akhirnya mereka jatuh dan bangkrut.
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman, "Perumpamaan orang-orang yang mendermakan( shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui".(QS. Al-Baqoroh: 261)
Dalam berbisnis dengan Tuhan, bagaimana bagi yang tidak punya modal?
Sedekah tidak selamanya dengan modal materi. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah sedekah bagimu." (HR. Bukhari).
Maka, berbisnis dengan Tuhan yang dimaksud dalam catatan ini adalah jelas diterangkan merupakan sebuah pendermaan segenap bagian materi maupun moril di jalan Tuhan dengan semata-mata karenaNya. Sebagai imbalan atas ketaatannya, Tuhan memberikan lebih banyak lagi.