Jauh di abad pertengahan ketika teknologi masih primitif, manusia sangat penasaran seperti apa wujud Alam Semesta yang sebenarnya. Bila kita melihat dari bumi tempat kita berpijak nampak gemerlap bintang-bintang diangkasa, matahari yang bersinar dengan begitu terangnya, lalu menghilang berganti dengan munculnya rembulan. Ada apa disana?
Banyak teori dan konsep dikemukakan oleh para pengamat. Dari matahari adalah dewa, bumi yang merupakan benda datar terkatung-katung di air dan langit adalah sebuah mangkok yang menutupinya.
Kosmologi mesir mengungkapkan, bahwa Matahari adalah dewa yang bernama Ra, setelah mencitakan dirinya, bersatu dengan bayangannya sendiri menghasilkan anak kembar, Shu, dewa udara dan Tefnut, dewi hujan. Shu dan Tefnut bersatu, menghasilkan anak kembar juga, Geb, dewa bumi dan Nut, dewi langit. Geb dan Nut bersatu, tetapi hal ini membuat kakek mereka, Ra marah. Ra memerintahkan Shu untuk memisahkan mereka dengan membawa Nut jauh ke atas bumi.
Sejak itu, Nut menyentuh bumi hanya dengan ujung jari-jari kaki dan tangannya. Tubuhnya diselimuti bintang-bintang, bintang-bintang itu adalah anak-anaknya. Keadaan itu membentuk lengkung cakrawala.
Kosmologi barat berbeda lagi dalam memandang alam semesta. Thales adalah orang yang konon paling awal menolak kosmologi dari sudut pandang mistis dan mulai menyusun gambaran skuler mengenai alam semesta.
Thales bependapat, bumi adalah sebuah piring datar yang terapung di atas air. Matahari, bulan dan bintang adalah uap yang berpijar.
Muncul kemudian, Aristoteles dalam teori mekanikanya. Bumi itu bulat dan terpaku dipusat alam semesta. Alam yang luas dibatasi oleh permukaan bola tempat menetapnya bintang-bintang (primum mobile). Tak ada apa-apa diluar sana.
Hanya bagian dalam primum mobile yang diliputi selubung bola. Semua berpusat pada pusat bumi.
Planet-planet, matahari, bulan dan bintang berada dalam selubung yang terbuat dari eter.
Eter adalah unsur langit yang berupa kristal padat, tak kasat mata, tak berbobot, lebih murni dibanding api. Selubung yang melingkupi bulan adalah batas terendah ruang angkasa.
Gerakan selubung terdalam dikendalikan oleh penghubung mekanis oleh selubung berikutnya dari primum mobile sebagai sumber dari segala gerakan di alam semesta. Mekanisme itu membutuhkan 55 kulit.
Tidak ketinggalan, konsep alam semesta diambil juga dari gereja.
Doktrin-doktrin Kristen, bahkan doktrin-doktrin Yahudi yang selalu memberikan penjelasan tentang kenyataan spiritual yang bukan dari ilmu fisika primitif. C.S. Lewis.
Pendeta Harry Emerson Fosdick:
Dalam injil, bumi yang datar ditegakan diatas hamparan laut. Bumi itu diam. Langit seperti sebuah mangkok yang terbalik diatasnya. Tapi lingkaran mangkok ini ditopang oleh pilar-pilar. Matahari, bulan dan bintang-bintang bergerak di dalam cakrawala ini. Diatas langit ada laut, dan melalui "jendela langit" hujan turun ke bumi. Beginilah dunia menurut pandangan injil.
Cendekiawan Cina, Ko Hung, adalah salah satu diantara yang memikirkan bahwa alam semesta itu kosong, luas dan tak bertepi.
Matahari, bulan dan kumpulan bintang-bintang mengapung bebas diruang kosong, bergerak atau tetap diam, dan semua bukan apa-apa kecuali uap yang berpijar.
Orang Jain, pengikut agama di Asia Selatan, punya banyak dewa yang tinggal di banyak langit. Tapi mereka tidak percaya bahwa salah satu dewa inilah yang menciptakan Alam Semesta. Menurut mereka Alam Semesta senantiasa ada dan tak dapat dimusnahkan.
Mereka bilang, jika tuhan membuat dunia ini, dimanakah dia sebelum dunia ini ada?
Jka dia tidak perlu tempat tinggal, dimanakah dia sekarang?
Bila tak ada yang diperlukan untuk menjadi bahan pembuat dunia ini, maka tentunya dunia bisa membuat dirinya sendiri tanpa memerlukan seorangpun yang menjadikannya.
Jika Tuhan itu menciptakan dunia karena mencintai makhluk dan memerlukan mereka, mengapa dia tidak menciptakan dunia yang penuh kebahagiaan dan bebas dari kejahatan?
Perbedaan pendapat bermunculan tentang Alam Semesta. Tapi hal itu menjadi memanas, ketika pendapat itu muncul dari Copernicus. Gara-garanya dia mengatakan, " Matahari dan bintang-bintang itu diam, tetapi bumi bergerak"
Copernikus dihujat habis habisan, dituduh kafir, bid'ah, bahkan dikutuk.
Konsep, bumilah yang bergerak, bukan matahari adalah bertentangan dengan kitab suci, yang justru menerangkan sebaliknya.
"Siapa yang menanggung dosa menempatkan karangan Copernicus lebih tinggi dari ayat-ayat ruh kudus" kata John Calvin, pendeta gereja negeri itu.
Juga Martin Luther, "Orang tolol ini hendak memutar balikan semua pengetahuan tentang astronomi,, padahal kitab suci jelas-jelas mengatakan, bahwa Joshua telah memerintahkan matahari untuk tetap diam, bukannya bumi.
Lembaga sensor mencekal buku-buku Copernicus.
"Aku peringatkan dia agar doktrin Copernicus, bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari dan matahari diam di pusat Alam Semesta tanpa bergerak dari barat ke timur, harus ditolak". Sumbar Cardinal Ballarmino,
Perhelatan akbar itu reda, setelah masuknya Galileo. Dia merupakan pendukung konsep Copernicus, namun tidak dimasukan dalam daftar pendosa, karena kala itu Galileo dilindungi oleh penguasa dan keluarga Katolik Medici.
Galileo bertahan pada usahanya untuk menyeret Gereja Katolik ke zaman modern.
Pada 1632 dia menerbitkan, dibarengi keberatan gereja buku, Dialogue Concerning Two Chief World Systems.
Setelah 359 tahun, Gereja Katolik akhirnya mengaku salah telah mengkafirkan Galileo, karena mendukung teori Copernicus.
Penutup
Copernicus dan Galileo adalah ilmuwan yang menemukan dan mempertahankan teori bumi bergerak mengitari matahari yang ditentang gereja karena tidak sesuai dengan kitab suci, dan akhirnya berhasil berdamai setelah ditemukan kesepakatan antara kedua pihak tersebut. Hingga sekarang, teori tersebut masih dipakai hingga di era kosmologi modern .
Sumber: Alam Semesta For Beginners, by Felix Pirani dan Christine Roche.
0 komentar:
Posting Komentar