Senin, 18 Februari 2019

Membunuh Musuh Dengan Kebaikan


Sebuah research menemukan 60an %, dari responden yang diamati, dari pekerja di Indonesia memiliki kecenderungan suka berpindah-pindah kerja.

Bagi yang belum punya posisi memuaskan ditempat kerja yang sedang digeluti, keputusan untuk mencari pekerjaan lain atau berpindah dari pekerjaan lama ke pekerjaan baru merupakan sesuatu yang wajar-wajar saja.

Masalahnya adalah bagaimana kamu bisa tahu bahwa ditempat baru yang kamu bayangkan akan lebih menjanjikan dari tempat kerja sebelumnya?

Jika kamu dapat memastikan akan hal itu mungkin oke-oke saja. Akan tetapi, bagaimana caranya sedangkan kamu sendiri belum pernah ada didalamnya?

Tempat anda bekerja sekarang adalah tempat kerja yang sudah anda pahami betul. Semua tugas-tugas dan kewajiban yang harus dikerjakan sudah berada diluar kepala. Kamu juga sudah tahu kekurangan dan kelebihan perusahaan. Jika yang anda keluhkan adalah karir anda diperusahaan tersebut, seharusnya andalah yang paling tahu apa yang harus anda lakukan ditempat yang anda sudah tahu seluk beluk perusahaan tersebut.

Jika ditempat itu anda tidak dapat melakukan, apalagi ditempat yang baru nanti. Yang perlu jadi catatan adalah, masalah sebetulnya ada pada perusahaan tempat anda bekerja atau ada pada diri anda.

Sebagai contoh, anda merasa tidak kerasan ditempat anda bekerja, ternyata penyebabnya adalah anda benci salah satu teman kerja yang lebih disayang atasan daripada anda dan anda cemburu, merasa tidak dihargai dan sering disalahkan.

Apa sih yang dilakukan teman kamu sehingga mereka menjadi lebih baik dari kamu? dimana kesalahan yang ada pada diri kamu yang membuat atasan lebih menyukai hasil kerja teman kamu dari pada kamu. Itu kuncinya.

Coba fokuskan dibagian itu. Kamu tidah betah dan ingin pindah dari sebuah tempat karena merasa seperti ada musuh Menjadikan musuh sebuah inspirasi adalah cara yang paling baik dalam sebuah perlombaan, untuk tidak mengatakan sebuah persaingan. Kata persaingan lebih mengandung unsur negatif jika dibanding kata perlombaan, kan?

Bahkan, teman kamu tidak menyadari sebenarnya kamu sedang menjiplaknya. Karena yang dijiblak hal yang baik, hubungan kamu bersama dia juga akan mendapat dampak kehbaikan itu juga. Bahkan rasa benci berubah menjadi sayang.

Demikian dengan atasan kamu, yang berangsur-angsur mendapatkan kamu menjadi orang yang diinginkannya, yang selama ini hanya ada pada partner kamu dan sekarang atasan menemukan itu pada diri kamu juga.

Berbicara lebih jauh tentang musuh yang kerap ada tidak jauh dari kita, termasuk musuh dalam selimut, ada beberapa pertanyaan,

Apa yang kamu inginkan untuk musuh kamu?

Kamu : "Mengalahkannya".

Betul, kamu pintar.

Bagaimana cara mengalahkannya?

Kamu : Secara fisik, memukulnya sampai babak belur, secara non fisik, mengadukan ke bos, dengan cara memfitnahnya untuk dipecat dari pekerjaan.

Terserah kamu saja, tapi ingat, yang kamu lakukan hanya membuat dia kalah, akan tetapi tidak membuat kamu menang.

Agar kamu menang, bunuhlah musuh yang ada dimusuhmu, juga yang ada pada dirimu.

"Maksudnya?"

Dia menjadi musuhmu karena ada nafsu permusuhan diantara kamu dan musuh kamu. Bagaimana jika kamu membunuh perasaan bermusuhan itu?

Pertama, tentu yang paling mudah dilakukan nafsu bermusuhan yang ada pada diri kamu terlebih dahulu. Caranya, berpikir lebih jernih untung rugi yang sedang kamu lakukan. Jika kamu memukulnya jatuh, kamu akan dipenjara dan itu tempat yang yang paling menderita. Apakah itu sebuah kemenangan?

Jika kamu berhasil memfitnahnya hingga musuhmu dipecat, suatu kali kebatilan akan terungkap juga, dan ujungnya, malah kamu yang dipecat, apakah itu suatu kemenangan?

Jika kamu berpikir jernih tentang hal itu, bukankah lebih menguntungkan, untuk kamu memilih membunuh rasa permusuhan itu?

Dalam sebuah permusuhan pasti ada yang direbutkan, cobalah apa yang diperebutkan dibagi secara adil, rasa egois yang selama ini kamu pertahankan belum tentu benar-benar hak kamu, cobalah mengalah demi untuk menang yang sebenarnya.

Jika musuhmu memusuhimu karena punya keyakinan kuat kamulah yang besalah dalam sebuah persoalan, tidak usah menunggu, minta maaflah anda lebih dulu. Begitu dia memberi maaf, detik itulah perasaan bermusuhannya mati untuk selama-lamanya.

Itulah yang saya maksudkan dengan membunuh rasa permusuhan. Jika rasa permusuhan sudah mati, perasaan apakah yang tertinggal?

Perasaan yang saya yakin akan membuat dunia ini damai.

1 komentar:

  1. salam kenal ya,mari bermain bersama kami di www.fanspoker.com
    banyak hadiah dan bonus yang menanti anda.
    || bbm : 55F97BD0 || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    BalasHapus