Ringkasan cerita sebelumnya:
Setelah berzina dengan pelayan bar dan membuat keributan hingga menewaskan satu pengunjung yang ada ditempat itu, berujung dengan dibekuknya Barseso oleh polisi. Akan tetapi, masih dalam tahanan, ia sudah berhasil kabur sebelum proses hukum dilakukan.
Ia dibantu oleh seorang yang berwajah mirip dengan teman yang selama ini sedang di anut karena kealimannya. Si Alim, begitu dia menyebutnya. Hingga ia berhasil kabur dari tahanan, Barseso belum sempat menanyakan lebih jauh siapa laki-laki itu sebenarnya dan kenapa ia membantunya.
Ia hanya menitip sebuah koper agar dijaganya baik- baik sampai suatu saat bertemu lagi. Tak perduli apa isi koper itu, tidak ada waktu untuk membukanya. Menjaganya adalah lebih penting sebagai balas budi atas kebaikan yang telah diberikannya. Dan kabur adalah tujuan utama.
...............
Meski dia sudah lolos dan menghirup udara segar diluar penjara, sebagai buron, hidup tenang dan bebas seperti orang lain tidak didapatkannya. Dia harus tetap bersembunyi dari kejaran polisi yang terus mencarinya di manapun dia berada.
Sebagai penjahat gadungan yang tidak memiliki skill kejahatan yang mumpuni, tidak sulit bagi polisi untuk menemukannya.
Barseso tidak dapat berkutik, saat empat orang bersenjata lengkap muncul tiba-tiba dari balik semak- semak tidak jauh dari persembunyiannya.
"Jangan bergerak!" teriak mereka seraya menodongkan senjata.
Barseso mengangkat tangan sebagai tanda menyerah. Belum sempurna tangan diangkat, pandangan polisi curiga terhadap koper yang dia bawa, polisi lebih tertarik menyuruh Barseso membuka koper itu.
Barseso hanya bisa menuruti perintah, ia mencoba membuka koper dengan hati-hati. Sama-sama tidak tahu apa isi didalamnya. Tidak juga Barseso, apalagi polisi. Setelah cukup lama berusaha keras, akhirnya terbukalah, terlihat didalamnya kemasan barang dalam plastik berwarna putih tersusun rapi memenuhi koper.
Polisi memeriksa barang tersebut. Dari pemeriksaanya, polisi menyatakan barang tersebut asli barang terlarang, jenis narkoba yang berkatagori sangsi berat bagi siapapun yang membawanya.
"Tidak !" teriak Barseso tidak dapat menerimanya setelah mengetahui bukti barang yang dibawanya. " Ini bukan miliku, ini barang titipan" lanjutnya.
Polisi tidak ingin banyak berbincang lagi, dengan alasan apapun, mereka hanya ingin secepatnya memborgol dan menggelandangnya kembali ke sel tahanan untuk proses hukum selanjutnya.
Rekam jejak kejahatan Barseso semakin menumpuk, sebagai buron dari beberapa kasus sebelumnya yang belum berproses, kini bertambah lagi dengan kasus baru, narkoba.
Tanpa banyak basa-basi lagi Barseso langsung di borgol, bersama barang bukti baru digelandanglah kyai itu kembali ke rumah tahanan untuk menjalani proses hukum atas semua kasusnya.
Singkat cerita, proses hukumpun dilakukan. Pasal berlapis yang menjerat Barseso menghasilkan hukuman yang sangat berat. Barseso di jatuhi hukuman mati.
Bagai petir menghantam, Barseso mendengar keputusan yang dijatuhkan pada dirinya. Hingga sampai batas waktunya, ekskusi hukuman mati Barsesopun berlangsung.
Barseso tidak dapat berbuat apa-apa kecuali hanya berpasrah, ketika kru algojo mengikat kedua tangan pada kayu salib dan kemudian menutup matanya dengan kain berwarna hitam. Ini menandakan bahwa sisa waktu hidupnya tinggal beberapa menit.
Barseso sempat mengenang nasib hidupnya dari awal bertemu dengan seorang yang alim yang dikagumi dalam bermakhabah dengan Tuhannya saat di Masjid, hingga detik-detik hidupnya akan berakhir dirinya masih mengikuti ajarannya yang ternyata sesat. 5 M permainan dosa yang dijanjikan bakal mengantarkan kepada pengampunan yang lebih dalam. Opsi yang paling ringan dari lima opsi yang dipilih justru telah memicu dia melakukan semua yang paling memberatkan.
Disisi lain orang yang dipikirkannya muncul tiba-tiba.
" Hahahahaha...." tawanya.
Suaranya bergulung seperti guntur. " Apa kabar, temanku?" sapanya.
Barseso begitu geram melihat laki- laki yang selama ini terus dan terus menjebloskan dirinya, tertawa lebar tanpa sedikitpun merasa belas kasihan.
"Sebetulnya siapa kau?" tanya Barseso.
"Hai manusia bodoh, kalau saja kau tak sealim sebelum kau bertemu denganku, pasti aku tak akan tertarik melakukan tipuan ini padamu" jawabnya.
"Sebentar lagi kau akan mati, dan ku ucapkan padamu, sampai jumpa di neraka! Sampaikan salam pada mereka dariku, Iblis"
Begitu terkejut Barseso mendengar pengakuan laki-laki tersebut, ternyata selama ini orang alim yang dikagumi tidak lain hanyalah iblis yang menyamar.
"Jadi, kau....!" Belum selesai Barseso hendak berkata, peluru algojo sudah keburu menembus dadanya. Matilah Barseso dalam keadaan Su'ul khotimah (buruk diakhir hidupnya) menjadi teman Iblis di neraka.