Burung Jongkangan yang sekian lama tidak dianggap sebagai burung pemeliharaan, sekarang semakin diminati oleh penghoby burung, baik sebagai kelangenan maupun kontes.
Namun demikian, sulitnya mendapatkan burung ini menjadi penyebab jumlah pemiliknya tidak sebanyak pemilik burung lain yang tersebar hampir diberbagai daerah.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang uniknya burung ini, lebih dulu saya akan memperkenalkan dulu tentang burung Jongkangan itu.
Burung Jongkangan merupakan spesies dari keluarga Muscicapidae yang masih sekerabat dengan Cingcoang alis putih. Burung ini mempunyai nama dalam bahasa Inggris, Lesser Shortwing (Brachypteryx leucophrys), dalam bahasa nasionalnya disebut, Cingcoang Coklat dan sekarang lebih dikenal dengan penyebutan lokal dengan nama Jongkangan.
Habitat burung ini dapat dijumpai di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malasia, Mianmar, Nepal, Thailand dan Vietnam.
Makanan dari burung ini adalah siput, keong, tempayak, pupa kumbang, ulat, serangga dan lain-lainnya.
Penyebab Burung Sulit Didapatkan
Bagi para pemerhati burung, sebetulnya burung ini sudah lama memberikan rasa penasaran untuk memeliharanya, tapi masalahnya adalah, sulitnya burung ini dipikat bahkan oleh pemikat yang sudah berpengalaman sekalipun.
Para pemikat umumnya menggunakan alat jaring yang digelar di atas tanah, mengingat burung ini lebih banyak menghabiskan hidupnya dalam mencari makan disemak-semak permukaan tanah atau bawahan.
Setelah jaring terpasang, pemikat kemudian menggiringnya , caranya dengan melakukan pengejaran dibarengi dengan menakutinya dengan melempar atau melontarkan benda sebagai pengejut agar burung lari dan kemudian masuk ke dalam jebakan jaring. Untuk burung lain, setelah langkah ini dilakukan sudah dipastikan burung yang ditargetkan akan segera terperangkap bergelantungan dijaring setelah menabraknya.
Akan tetapi, tidak demikian untuk burung Jongkangan. Setelah dilakukan perjuangan panjang memasang jaring dan semua trik dilakukan, jaring tetap kosong tak satupun terjerat. Burung yang sudah ditengarai lari ke arah jebakan jaring lolos melarikan diri, pengalaman itu berulang kali terjadi, hingga membuat penangkap stress dan putus asa. Dengan kejadian ini serasa impian memelihara burung inipun sirna.
Ditemukan Cara Menjerat Burung Jongkangan
Burung unik dan mungil yang baru dikenal ini terus menarik dan membuat penasaran peminat, pasalnya, burung yang mirip pelanduk semak ini memiliki suara lengkingan yang sangat indah dan keras, dalam jarak dekat terasa memekakan telinga, nada lagunya mirip burung teledekan bambu dan suara kriwikan seperti murai batu, membuat para pemikat burung ini bekerja keras menemukan cara yang tepat bagaimana burung tersebut dapat dijerat, akhirnya kerja keraspun berhasil.
Angga Jongkang, Baturagung, Purwokerto, Jawa Tengah adalah satu diantara para pemikat yang berhasil menemukan cara yang tepat dalam menangkap Jongkangan tersebut, untuk mengenang jasanya, teman-teman memberikan embel-embel namanya dengan kata Jongkang dibelakang nama aslinya, "Angga Jongkang", begitu mereka menyebut nama barunya yang berarti," Angga si penakluk Jongkangan".
Berkat jasanya, penggemar Jongkangan disekitar lereng Gunung Slamet kini dapat menikmati merdu suaranya sambil menikmati kopi hangat dirumah.
Angga menemukan cara itu setelah berpikir dengan keras, namun setelah ketemu caranya, ternyata sama sekali tidak sekeras yang dipikirkannya.
Sumber kegagalan penangkapan yang membuat burung selalu dapat meloloskan diri dari jerat, ternyata begitu simpel, kronologi utamanya adalah pada saat burung ketakutan lalu lari terbirit-birit kearah jaring, ternyata burung tidak menabrak jaring, akan tetapi menembus celah yang terdapat diantara batas bagian terbawah jaring dan tanah. Burung menukik kebawah semak, menerobos celah itu dan membebaskan diri keluar menjauhkan diri dari daerah penjeratan tersebut.
Pemikat kemudian dengan secepatnya lari memeriksa jaring dan yang didapat adalah jaring yang masih kosong, burung yang dikejar bagai hantu menghilang begitu saja. Tak lama kemudian terdengar mereka berkicau tidak jauh dari daerah itu seakan sengaja mengejek orang yang telah bersusah payah memasang pikat tersebut.
Dengan diketemukannya akar permasalahan tersebut itulah, pemikat hanya perlu mengatur batas bagian terbawah jaring dengan tanah hingga tak bercelah yang memungkinkan tubuh burung dapat menerobosnya, dengan begitu burung tak ada pilihan lain kecuali menabrak jaring dan masuk ke kantungnya, dan pemikat kini dapat tersenyum, dengan senang hati menyelamatkan burung-burung yang diimpikannya itu dari lilitan jaring dan memasukannya ke kandang yang sudah dipersiapkan untuk kemudian dibawa pulang. Kerja yang bagus, brow, ini baru !
Kelemahan Burung Jongkangan
Setelah burung Jongkangan berhasil ditangkap, ternyata burung ini mempunyai kelemahan yang tidak diduga sebelumnya, yaitu tidak tahan dengan panas. Jika burung pada umumnya menjadi sehat kalau dijemur, untuk burung Jongkangan malah mati kalau dijemur, hal ini serta merta menjadi emage, bahwa burung Jongkangan adalah burung yang mudah mati untuk dijadikan piaraan, padahal tidak demikian sebenarnya, kematian terjadi hanya pada masalah penjemuran. Namun tetap saja, emage ini membuat burung yang sedang merangkak tenar menjadi padam kembali. Satu persatu penggemar memilih mundur daripada memelihara burung imut ini.
Kelemahannya Menyamankan
Jika sudah begini pemeliharaan burung Jongkangan mengalami goncangan, penggemarnya semakin lama semakin berkurang. Artis pendatang baru ini nyaris gagal menjadi tenar, seiring waktu berlalu, bayangan buruk tentang burung itu semakin menghantui, sebelum sebuah gebrakan baru terjadi.
Gebrakan baru tentang burung Jongkangan yang diperkirakan sudah kolep tiba-tiba kembali mengejutkan. Sekarang penggemar burung mulai memilih Jongkangan lagi, setelah dipikir lebih dalam lagi, dari semua permasalahan yang pernah ada, ternyata kelemahan dari burung Jongkangan adalah justru merupakan kelebihan dari nyamannya punya momongan burung Jongkangan itu sendiri.
Pikir saja, jika anda piara burung Jongkangan dirumah, dan kebetulan anda seorang pekerja yang harus berangkat kerja jam 07.00, pada burung konvensional, burung memerlukan penjemuran sinar matahari pagi antara pukul 07.00 hingga sekitar pukul 11.00, jika tidak, burung akan tidak sehat, malas bunyi dan lebih parah lagi, mati. Namun demikian, tidak mungkin anda harus terlambat kerja setiap hari dan di pecat dari pekerjaan demi membela burung peliharaannya.
Daripada anda perang batin setiap hari antara burung kesayangan dan pekerjaan, memelihara burung Jongkangan adalah solusinya.
Logikanya adalah, setelah rentannya kematian pada burung Jongkangan sudah diketahui penyebabnya secara pasti yang tidak lain adalah faktor penjemuran, maka untuk memelihara burung Jongkangan agar tidak mati adalah dengan tidak melakukan penjemuran, biarkan saja sangkar tergantung diruang dalam rumah tanpa repot-repot harus membawanya keluar rumah demi mencari tempat yang tembus sinar matahari. Teori inilah yang kemudian diaplikasikan penggemar Jongkangan yang justru lebih tidak merepotkan.
Sebagai seorang karyawan, anda bisa berangkat kerja pagi tanpa ada yang membebani. Anda tinggal meninggalkan pakan yang cukup dicepuk yang bisa dilakukan malam hari dan pagi hari tak ada catatan burung dalam agenda persiapan berangkat kerja. Bagaimana, lebih enak, bukan?
Bagi yang mempunyai waktu untuk menjemur burung, disaat musim hujan dan hari selalu mendung , ketidakadaan sinar matahari bukanlah suatu masalah jika burung yang anda pelihara adalah burung Jongkangan.
Itulah kenapa saya menyebut kekurangan dari burung Jongkangan justru malah menjadi kenyamanan bagi tuannya. Kenyamanan yang lain, harga burung ini masih sangat terjangkau untuk semua lapisan, jika meninjau harga burung yang baru tangkap atau bakalan berkisar, Rp 60.000- Rp.100.000 an, akan tetapi, jika sudah gacor bisa mencapai 1 sampai 10 jutaan.